”Sebanyak 20 ton per hari, itu dari 2 tonnya bisa pakai RDF dengan jumlah 4 sampai 6 ton sampah,” tambahnya.
Dita menerangkan, hasil dari pengolahan teknologi RDF itu bukan 100 persen menjadi pengganti bahan bakar batu bara industri, namun 10 persen penggunaan bahan bakar batu baranya bisa diganti oleh sampah hasil pengolahan teknologi RDF.
”Baru satu unit dan masih uji coba operasional, alhamdulillah sudah sesuai spesifikasi teknis untuk jadi batu bara,” terangnya.
Dita menjelaskan, rencananya DLHK Kota Bandung akan melakukan penambahan teknologi RDF sebanyak 3 unit di tahun ini.
Selanjutnya, untuk rencana jangka panjang, pihaknya pun akan menambah lagi teknologi RDF sebanyak 2 unit pada 2024 mendatang.
”Tahun depan semoga bisa nambah 2 unit. Mudah-mudahan total bisa mengelola sampah Kota Bandung sampai 300 ton perhari,” tukas Dita.
Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup Jawa Barat (Walhi Jabar), Meicky W. Paendong sempat menyampaikan, dirinya menyayangkan pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam membuat inovasi pengelolaan sampah dengan teknologi RDF.
”Teknologi RDF sebagai satu solusi pengelolaan sampah yang baik itu, kami tidak sepakat, menyayangkan dan kecewa sekali,” imbuhnya.
Meicky menganggap, inovasi Pemkot Bandung menerapkan teknologi RDF dalam pengolahan sampah merupakan langkah yang kurang bijak.
”Kami anggap itu sebagai solusi palsu, karena seharusnya Pemerintah Kota Bandung juga berfikir dampak dari pembakaran RDF,” ungkapnya. (bas)