Dinkes Jabar Lakukan ORI Difteri Terhadap 1.176 Warga Pangatikan Kabupaten Garut

Jabarekspres.com – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar) dan Kabupaten Garut kini tengah menindaklanjuti kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) wabah Difteri di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut.

Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar, Dewi Ambarwati mengatakan, saat ini pihaknya telah melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) dengan cara memberikan vaksinasi atau imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT).

”Jadi laporan harian dari hasil kegiatan ORI  di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut Sampai dengan tanggal 28 Februari 2023 sudah mencapai 1.176 orang atau 10,47 persen,” katanya, Rabu (1/3).

Dewi menambahkan, kegiatan tersebut sudah dilakukan sejak hari Senin, 27 Februari 2023 dan akan berjalan selama satu minggu kedepan.

”Hari ini (Rabu, 1 Maret 2023) bertambah sebanyak 324 orang yang dilakukan ORI oleh kami,” ungkapnya.

Selama menjalankan kegiatan ORI, pihaknya menargetkan sebanyak 11.228 masyarakat khususnya di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut yang akan dilakukan pemberian vaksin atau imunisasi DPT.

”Kita targetkan 11.228 dengan rincian jumlah sasaran 2-59 bulan sebanyak 3.563, 5-7 tahun 1.245, dan 7-15 tahun 6.418 orang,” terangnya.

Sebelumnya, wabah Difteri di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut ini telah menewaskan setidaknya 8 orang warga. Sehingga Dinkes pun menetapkan status KLB.

”Kita katakan KLB. Berarti, satu kasus saja (difteri) ini sudah bisa kita katakan KLB. Nah setelah itu kita cari di kota-kota lainnya (kasus serupa) untuk diperiksa dan sekarang dalam proses pemeriksaan,” ucapnya saat dikonfirmasi Jabar Ekspres, Selasa (21/2) kemarin.

Menurutnya, penyebab terjadinya kasus Difteri ini diduga karena masih rendahnya warga dalam pemberian cakupan imunisasi. Padahal, wabah tersebut bisa diantisipasi dengan cara pemberian imunisasi dengan jadwal yang telah ditentukan.

”Desa ini (Sukahurip)  dalam 3 tahun terakhir cakupan imunisasinya sangat rendah sekali. Dan memang pada saat kami turun juga (memantau ke lokasi), agak sulit mengedukasi (masyarakat) karena mereka mempunyai pemikiran meninggal itu qodarullah (takdir Allah),” tutur Dewi. (san)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan