Hari Bahasa Ibu Internasional 2023: Jangan Takut Pakai Bahasa Daerah!

JABAR EKSPRES- Hari Bahasa Ibu Internasional diperingati sejak 21 Februari 1999.

Merujuk pada laman UNESCO, kemunculan Hari Bahasa Ibu Internasional ini beriringan dengan kekhawatiran akan punahnya beragam bahasa di seluruh dunia.

Sedikitnya 40% dari populasi global tidak dapat mengakses pendidikan karena tidak sesuai dengan bahasa ibu yang dipahami.

Dengan demikian, momentum ini diharapkan dapat menjadikan bahasa daerah menjadi inklusif dan senantiasa dituturkan oleh masyarakat luas.

Senada dengan komitmen UNESCO, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya pun turut serta dalam memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional bertempat di Pusat Budaya Pagerageung, Tasikmalaya.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari pada tanggal 21-23 Februari 2023 ini mengusung tema “Basa Sunda Teu Hésé, Hayu Urang Paké dina Paguneman Sapopoé“.

Dalam hal ini, Pemkab Tasikmalaya menggandeng para akademisi serta budayawan Sunda, Taufik Faturohman untuk menyebarkan kecintaan akan bahasa Sunda pada masyarakat luas.

Dalam paparannya, Taufik Faturohman mengungkapkan bahwa penggunaan bahasa Sunda senantiasa mengalami perkembangan dari masa ke masa sesuai dengan kebiasaan para penuturnya.

Kendati demikian, ia menganggap bahwa hal tersebut merupakan salah satu indikator kreativitas berbahasa.

Ketika penutur menyebutkan istilah bahasa Sunda yang tidak tepat, maka masyarakat harus tetap mengapreasi dan tidak mencibirnya, “Keun, tong digeunggeureuhkeun angot nepika dicarékan!“, ungkapnya.

Pada kesempatan lain, salah satu perwakilan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Sunda, Siti Muharyati, mengapresiasi terselenggaranya acara ini.

Menurutnya, sebagai guru Bahasa Sunda, ia mengemban peran dan tanggung jawab besar untuk melestarikan penggunaan bahasa daerah di tempatnya mengabdi, SMP Negeri 1 Sariwangi, Tasikmalaya.

Guru sebagai fasilitator pendidikan menjadi ujung tombak dari pelestarian bahasa daerah. “Banyak siswa memilih untuk tidak menggunakan bahasa Sunda karena takut tidak sesuai dengan tata bahasa. Padahal berbahasa adalah proses belajar“, tuturnya.

Dengan demikian, menurutnya masyarakat harus bangga berbahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini melibatkan Rukun Gawe Padepokan Seni Bumi Ageung, MGMP Basa Sunda SMP, Kelompok Kerja Guru (KKG) Sekolah Dasar (KKG), serta Paguyuban Guru Widang Seni (PARWISI).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan