Menjijikan, Kenapa Ghibah Diumpamakan dengan Memakan Bangkai Manusia

JABAREKSPRES – Istilah Ghibah sepertinya sudah mulai familiar dengan telinga kita. Meski sadar betul bahwa perbuatan itu adalah dosa, kadang tanpa disadari kita sedang melakukannya.

Karenanya kita harus selalu berhati-hati dan menjaga lisan setiap kali berbicara. Karena Ghibah atau membicarakan kejelekan dan keburukan orang lain, ternyata sangat dibenci oleh Allah.

Definisi Ghibah sendiri, bila mengutip dari buku “Jurnalistik Islam” oleh Anton Ramdan, menyebutkan bahwa Islam sangat melarang ghibah, yaitu menggunjingkan keburukan atau aib orang lain.

Pengertian aib sendiri merujuk kepada perbuatan, tingkah laku, cacat fisik, dan sesuatu yang buruk.

Sementara bukti bahwa Allah sangat membenci ghibah, hingga ada dalam salah satu durat dalam Alquran:

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Dan janganlah kalian saling menggunjing. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati…? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Hujurat: 12)

Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala menyamakan orang yang melakukan ghibah dengan membicarakan saudaranya, maka dia diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya tersebut.

Seorang penulis artikel islami, Abu Hashif Wahyudin Al-Bimawi menjelaskan perumpamaan tersebut dengan merujuk sebuah tafsir dari Imam Qurthubi.

“Ini adalah permisalan yang amat mengagumkan, di antara rahasianya adalah:

Pertama: karena ghibah mengoyak kehormatan orang lain, layaknya seorang yang memakan daging, dan daging tersebut akan terkoyak dari kulitnya. Mengoyak kehormatan atau harga diri, tentu lebih buruk keadaannya.

Kedua: Allah Ta’ala menjadikan “Bangkai daging saudaranya” sebagai permisalan, bukan daging hewan. Hal ini untuk menerangkan bahwa ghibah itu amatlah di benci.

Ketiga: Allah Ta’ala menyebut orang yang di ghibahi tersebut sebagai mayit. Karena orang yang sudah mati, dia tidak kuasa untuk membela diri. Seperti itu juga orang yang sedang di ghibahi, dia tidak berdaya untuk membela kehormatan dirinya.

Keempat: Allah menyebutkan ghibah dengan permisalan yang amat buruk, agar hamba-hamba-Nya menjauhi dan merasa jijik dengan perbuatan tercela tersebut.”

Selain  Tafsir Al-Qurtubi16/335, ada tafsir yang menjelaskan hal yang sama yakni  I’laamul Muwaqqi’iin 1/170

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan