JABAREKSPRES– Program petani milenial budidaya tanaman hias sempat heboh dengan keluhan yang dilakukan oleh salah satu peserta program petani milenial yang mengaku terlilit pinjaman utang.
Keluhan ini disampaikan oleh salah satu peserta petani milenial yang mengungkapkan unek-uneknya di media sosial (medsos) Twiter.
Untuk diketahui Program Petani milenial budidaya tanaman hias diinisiasi oleh BUMD Pemdaprov Jabar yang diinisiasi oleh di Inisiasi oleh PT Agro Jabar yang bekerjasama dengan CV Minaqu Indonesia.
Sedangkan, untuk teknis pelaksanaan dan pembinaan di bawah bimbingan dilakukan oleh Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura (TPH Jabar).
Salah seorang peserta Petani Milenial yang minta namanya disembunyikan mengaku, awalnya mengaku sejumlah peserta merasa dirugikan sejak realisasi awal skema budidaya tanaman hias.
Bibit tanaman hias mengami keterlambatan, sehingga mempengaruhi masa panen tidak sesuai jadwal yang sudah direncanakan.
Panen perdana dilakukan pada 9 Desember 2022 setelah selama lima bulan melakukan penanaman dengan hasil hanya 1.046 tanaman hias.
Ketika penanaman seharusnya mendapatkan 300 bibit. Namun tanaman yang dikirim itu harus dilakukan pemulihan terlebih dahulu karena dalam perjalanan tanaman menjadi layu dan tidak segar.
”Pengiriman bibit juga mengalami pengurangan yang dikirim secara bertahap,” ujar dia.
Ketika tiba masa panen hanya menghasilan 5.540 dengan dihargai sebesar Rp 50.000 per tanaman.
‘’ini masa panen pertama dan kedua budidaya tanaman hias tidak mendapat keuntungan yang dijanjikan,’’ katanya.
Akan tetapi, lanjut dia, masa panen tanaman hias ini tidak menghasilkan uang, sehingga pada 18 Maret 2022 dilaksanakan rapat evaluasi.
Salah stu pihak ketiga rekanan dari PT Agro Jabar, CV Minaqu Indonesia sebetulnya telah menjalin kesepakatan dengan PT Agro Jabar.
Akibat hasil panen yang tidak memuaskan, akhirnya para petani milenial meminta agar perpanjangan kontrak. Sebab selama 4 bulan mengalami keterlambatan sesuai jadwal yang telah direncanakan.
‘’Di tempat pembudidayaan juga masih banyak dan akhirnya banyak terbengkalai dan tidak terawat,’’ pungkasnya. (san/yan)