JABAREKSPRES.COM, BOGOR – Ratusan tempat tinggal di wilayah Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor masuk dalam kategori wilayah rawan bencana atau zona hitam.
Dalam hal itu, Pemerintah Kecamatan Bogor Tengah mencatat terdapat 17 lokasi zona hitam yang tersebar di 11 kelurahan. Dari sejumlah wilayah itu terdapat 295 kepala keluarga dengan dihuni 982 jiwa.
Camat Bogor Tengah Abdul Wahid menjelaskan, tempat-tempat tinggal yang termasuk dalam zona hitam tersebut di dominasi pada wilayah kelurahan yang dilintasi sungai Ciliwung dan Cisadane.
“Zona hitam ini mayoritas di bantaran sungai karena Bogor Tengah ini dikelilingi dua sungai Ciliwung dan Cisadane serta anak sungainya. Seperti Kebon Kelapa, Sempur, Paledang, Panaragan, Ciwaringin, Babakan Pasar. Jadi risiko bencananya sangat tinggi,” ungkapnya dikutip Minggu, 29 Januari 2023.
Kondisi itu menjadi salah satu program prioritas yang diusulkan untuk ditangani dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Bogor Tengah untuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2024.
Dia menuturkan, pada Musrenbang Kecamatan Bogor Tengah itu pihaknya mengusulkan 88 kegiatan meliputi bidang pemerintahan, ekonomi, sosial budaya dan fisik.
Diantara usulan kegiatan-kegiatan tersebut, ada yang menjadi hal prioritas dan banyak diusulkan mengenai penanganan zona hitam di wilayahnya.
“Seperti diketahui di Bogor Tengah kemarin banyak kejadian bencana, makanya banyak mengajukan terkait dengan pembangunan TPT. Jadi ini hal sangat penting, ketika kejadian bencana kadang masyarakat tidak siap, sementara di Bogor Tengah zona hitam ada di 11 kelurahan,”
Untuk itu pihaknya menekankan pembangunan tembok penahan tanah (TPT) di lokasi zona hitam akan difokuskan pada tahun 2024 mendatang.
Namun, sambung dia, untuk saat ini pihaknya akan melakukan pemindahan terhadap warga yang berada di wilayah zona hitam ke tempat yang terbilang aman untuk dihuni.
“Untuk masyarakat yang dimungkinkan untuk direlokasi akan direlokasi, cuman memang ada kendala kadang untuk direlokasi sulit, tapi kemarin upaya kami dengan mengontrakan terlebih dahulu selama 2 bulan. Ada juga sebagian warga sudah dipindahkan ke rumah susun,” jelasnya.
Dia mengaku, akan terus memonitor zona hitam di wilayahnya, hal itu dilakukan agar masyarakat di sana berdaya lebih siap ketika terjadi bencana.