“Mukanya dipampang di mana-mana. Ada sanksi sosial buat A. Itu menurut kita, sudah pembunuhan karakter. Apalagi di sosial media, dimaki-maki,” jelas Anky.
Bagian ironis lainnya adalah jika dibandingkan dengan ‘ketidaktegasan’ Persib, pada kasus yang terjadi tahun lalu usai perhelatan Piala Presiden Grup C, yakni peristiwa naas yang menewaskan mendiang Asep Ahmad Solihin dan Sofian Yusuf.
“Pertanggungjawaban (PT. PBB) lakukan terhadap tragedi meninggalnya dua bobotoh, apa? Sanksi sosialnya apa? Kok cuek-cuek aja,” tanya Anky.
Baca Juga:Ada Imlek, Ada HujanSatu Abad Observatorium Bosscha dan Sekilas Sejarah Astronomi di Indonesia
“Ari ka batur galak, ari ka sorangan memble. (Galak ke orang lain, lembek ke pihak sendiri),” sambungnya.
Dia menegaskan, intinya, sikap yang diberikan Persib Bandung terlalu reaktif. Lain lagi saat yang melakukan kesalahan adalah diri sendiri, sama sekali tak ada ketegasan. Dirinya kembali mempertanyakan hal tersebut.
“Maksudnya pertanggungjawaban yang kemarin dulu mana. Kenapa saat ada bobotoh yang melakukan kesalahan, sanksinya keras banget. Seolah-olah, denda Rp120 juta lebih berharga daripada dua nyawa bobotoh,” kata Anky.
