“Milenial yang kritis menganggap baliho sebagai sampah visual, mereka lebih suka kepada hal-hal digital, dan hal yang kreatif,” terang Arlan.
Kampanye digital justru akan sulit ditingkat bawah, kata Arlan, karena tidak semua menerima fasilitas dengan handphone pintar mereka, dan cara kampanye melalui baliho tentu tidak cocok di kota.
“Tapi sekali bawah ditingkat bawah, kalau ini mereka agak susah untuk menerima fasilitas dengan gadget ini, kalau cara ini digunakan di kota ini tidak relevan betul dan dianggap sampah visual” jelas Arlan. (mg1/yan).