Jabarekspres – Memasuki tahun politik di sepanjang jalan Raya Padalarang terlihat sudah banyak spanduk atau baliho mili Bakal Calon Anggota Legislatif (Bacaleg) yang mulai tebar pesona.
Jalan Raya Padalarang memang sangat strategis untuk dipasangi papan reklame. Sebab Jalan itu merupakan jalan utama yang menjadi perlintasan ke luar wilayah Bandung Raya.
Berdasarkan pantauan Jabarekpres Mulai dari Jalan Obyek wisata Cibiruy sampai Stasiun Padalarang banyak dipajang spanduk dari Bacaleg yang berasal dari berbagai partai politik
Pengamat Politik Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Arlan Siddha menilai, bahwa beberapa partai sudah mengawali sosialisasi agar merasa dekat dengan masyarakat dengan cara memasang baliho atau spanduk.
Arlan menilai, pemasangan ini merupakan hal yang wajar ketika mendekati tahun politik, tujuannya agar dikenal masyarakat.
Menurut Arlan, pemasangan baliho atau bagi bagi kalender merupakan cara konvensional, tujuannya agar masyarakat bisa melihat baliho dengan pajangan foto itu adalah calon anggota legislatif.
Namun cara tersebut, harus dibarengi dengan strategi sosialisasi secara langsung dengan terjun ke tengah masyarakat.
Para caleg juga sudah seharusnya menambahkan startegi dengan cara kampanye secara digital. Dengan begitu, masyarakat nantinya akan dapat berinteraksi secara langsung. Meski di dunia maya.
Dengan kampanye digital, masyarakat dari berbagai kalangan dapat melihat langsung mengenai caleg itu. Sehingga dapat mengenai sasaran.
“penempelan ini sifatnya masih terlihat. Kalau menurut saya di 2023 , harus secara mix ada digital dan konvensional, dan hal itu dilakukan mempunyai efek yang lebih besar,” tutur Arlan.
“Bandung Barat setengah ada di pedesaan dan setengah ada di kota, sehingga cara memadukan seperti tadi sangat relevan” sambung Arlan.
Partai Politik juga perlu kampanye secara digital untuk menggaet pemilih muda atau dari generasi Z dan milenial.
“Mereka sudah tidak lagi melirik baliho pinggir jalan, memang sudah tidak efektif, tapi kalau melihat kemegahannya memang megah,” terang Arlan.
Arlan mengatakan gen Z dan Milenial memandang baliho justru sebagai sampah visual, dan mereka cenderung suka kepada hal-hal digital dan kreatif.