JABAR EKSPRES- Pak H. Endang Adalah pemilik dari jembatan perahu yang menggabungkan antara Desa Parung Mulya dengan Desa Anggadita di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sosok H. Endang dan jembatannya menjadi viral karena dilewati sekitar 10.000 pemotor setiap harinya dan meraup omset min. 25 juta per hari.
Meski sekarang sudah menjadi ‘Sultan Karawang’ ternyata perjalanan sosok H. Endang membangun jembatan perahu sampai beromset ratusan juta per bulan ini tidaklah mulus.
Penasaran kan bagaimana perjalanan sosok H. Endang menjadi ‘Sultan Karawang’ simak cerita nya dibawah ini.
Sosok H. Endang yang merupakan pemilik dari ide jenius jembatan perahu ternyata bukanlah lulusan teknik sipil, tapi bahkan sekolah setingkat SMP pun gak lulus. H. Endang justru mengawali karirnya sebagai kenek oplet. Lalu naik pangkat menjadi kenek truk serta pernah mengantar es balok jam 3 pagi.
Baru di tahun 1980an setelah menikah dan punya anak, pekerjaannya naik kelas sedikit menjadi supir angkot dan sang istri menjadi kenek dari mobil angkot milik orang lain. Setelah itu H. Endang pindah jadi supir mobil box pabrik. Tiga tahun setelahnya H. Endang kerja di pabrik sebagai office boy.
Bisnis jembatan perahu ini dimulai pada tahun 2010, awalnya sebelum jadi jembatan, H. Endang membantu warga menyeberang dengan menggunakan satu perahu kayu yang dieret. Awalnya juga H. Endang tidak ada niatan berbisnis saat membantu warga menyeberang.
Karena semakin diminati warga, H. Endang pun menambah perahunya menjadi dua. Namun lama kelamaan setelah dijalani, ternyata ada peluang bisnisnya juga. Karena permintaan perahu eret ini terus bertambah, tiba-tiba terlintas ide di pikiran H. Endang untuk menjejerkan perahu.
Akibat modal yang dibutuhkan jauh lebih besar, berkat kenalannya yang bekerja di bank, H. Endang memberanikan diri untuk meminjam uang dari bank dengan jaminan sertifikat tanah. Setelah dieksekusi ternyata idenya tak langsung berjalan mulus.
Perahu kayu yang dijadikan landasan pelat besi tak mampu menghadapi sampah eceng gondok yang lewat karena jarak antar perahu hanya 1,8 m tapi lebar sampahnya bisa sampai 5 m. Bahkan beberapa kali perahunya terbawa arus, karena saat itu perahu kayunya cuma pakai baut dan akhirnya bautnya lepas.