Sistop Tanjung
Saya sempat dapat menawarkan saham goto via aplikasi gojek, menggiurkan awalnya tertarik untuk membeli. Iseng cek Lap Keuangan gojek, busyet bujubone tekor mulu, omset untuk biaya gaji aja udah ngap-ngapan. belum lagi sepengalaman saya kerja di perusahaan yg masuk IPO lap keuangannya banyak di mark up untuk menarik investor. alhamdulillah ga jadi beli jeruk yg masam 1 kg
Jimmy Marta
Mungkin kalau anda dtg ke Agrinex bisa “nambah” ilmu. Disitu akan hadir banyak suhu. Suhu jurnalistik, suhu filsafat, sosiologi hingga silat kho ping ho. Dan jika beruntung andapun bisa lompat suhu pantun, para perusuh dan pe misuh….wkwk..
Dokumen Negara
Kemarin agak dulu Katanya kalau beli saham per lembar, (otak sy bayangin saham bentuknya lembaran kertas2). Katanya saham itu mahal,tp harganya cuma Rp338,kl sy punya uang Rp.10rb berarti bisa ngecer beli sahammya Goto,, Saat ada berita isu gorengan saham (otak sy bayangin orang2 lagi goreng kertas2 di kwali)… Ada lagi istilah surat2 berharga .. Yg sy bayangin paling mentok BPKB, sertifikat tanah..
Yuli Triyono
Jalan-jalan ke kota Surakarta / Mampir Gramedia membeli pena / Jangan kecewa melihat prestasi Timnas kita / Ternyata belum pernah dikalahkan oleh Argentina.
Muin TV
Pesar Robert Kiyosaki: salah satu cara agar bisa kaya raya adalah jual saham, jangan beli saham. Pesan itu saya pegang erat-erat. Makanya ada IPO apa aja, gak tertarik beli saham. Lah! Bagaimana mau beli saham. Beli kopi aja sachetan. Wkwkwk…..
Mirza Mirwan
“Saya ini orang miskin, Mas. Meskipun tidak membeli kupon Nalo tetap saja saya miskin. Tetapi dengan membeli kupon Nalo meskipun miskin ‘kan saya punya harapan menjadi orang kaya. Lihat, hadiahnya seratus juta, Mas! Saya nadar, kalau bisa seratus juta, mesjid di desa saya mau saya rehab.” Yang memikirkan kata-kata itu bernama Lik Tohir, setengah abad yang lalu saat saya kelas 1 SMA. Lik Tohir adalah salah satu dari beberapa tukang becak yang biasa mangkal di dekat rumah orangtua saya. Saya lihat kuponnya. Tidak ada kata “Nalo” di kupon itu. Yang saya ingat kupon itu resmi dengan izin Departemen Sosial dengan hadiah utama Rp100 juta — di kemudian hari disebut Undian Harapan yang sebelum dilarang hadiah utamanya Rp1 miliar. Adapun Nalo adalah singkatan dari “National Lottery” dari Singapura, yang di Indonesia hanya diambil 4,3, dan 2 angka di belakang. Selain “Nalo”, sebutannya “buntutan”. “Memang ada ceritanya orang jadi kaya karena menang Nalo, Lik?” tanya saya sambil menahan geli mendengar nadar Lik Tohir. “Banyak, Mas.” “Orang mana, Lik?” “Minggu kemarin pemenangnya orang Magelang. Minggu sebelumnya orang Sumatra.” “Lik Tohir tahu dari mana?” “Kan bisa di koran, Mas!” “Masak, sih, Lik. Di Kompas dan Abadi kok, nggak ada beritanya.” “Tapi saya baca beritanya, Mas, di agen Nalo Pasar Pon. Tapi ndak merhatikan namanya koran apa. Pokoknya ada, Mas.” Penggemar saham beda dengan penggemar judi, tentu saja. Memang ada ceritanya orang menjadi kaya karena menang Nalo, Lik?” tanya saya sambil menahan geli mendengar nadar Lik Tohir. “Banyak, Mas.” “Orang mana, Lik?” “Minggu kemarin pemenangnya orang Magelang. Minggu sebelumnya orang Sumatera.” “Lik Tohir tahu dari mana?” “Kan ada kabar di koran, Mas!” “Masak, sih, Lik. Di Kompas dan Abadi, kok, nggak ada beritanya.” “Tapi saya baca beritanya, Mas, di agen Nalo Pasar Pon. Tapi ndak merhatikan namanya koran apa. Pokoknya ada, Mas.” Pembesar saham beda dengan penggemar judi, tentu saja. Memang ada ceritanya orang menjadi kaya karena menang Nalo, Lik?” tanya saya sambil menahan geli mendengar nadar Lik Tohir. “Banyak, Mas.” “Orang mana, Lik?” “Minggu kemarin pemenangnya orang Magelang. Minggu sebelumnya orang Sumatera.” “Lik Tohir tahu dari mana?” “Kan ada kabar di koran, Mas!” “Masak, sih, Lik. Di Kompas dan Abadi, kok, nggak ada beritanya.” “Tapi saya baca beritanya, Mas, di agen Nalo Pasar Pon. Tapi ndak merhatikan namanya koran apa. Pokoknya ada, Mas.” Pembesar saham beda dengan penggemar judi, tentu saja. ” “Lik Tohir tahu dari mana?” “Kan dijual di koran, Mas!” “Masak, sih, Lik. Di Kompas dan Abadi, kok, nggak ada beritanya.” “Tapi saya baca beritanya, Mas, di agen Nalo Pasar Pon. Tapi ndak merhatikan namanya koran apa. Pokoknya ada, Mas.” Pembesar saham beda dengan penggemar judi, tentu saja. ” “Lik Tohir tahu dari mana?” “Kan dijual di koran, Mas!” “Masak, sih, Lik. Di Kompas dan Abadi, kok, nggak ada beritanya.” “Tapi saya baca beritanya, Mas, di agen Nalo Pasar Pon. Tapi ndak merhatikan namanya koran apa. Pokoknya ada, Mas.” Pembesar saham beda dengan penggemar judi, tentu saja.