BANDUNG – Pengamat studi keamanan Universitas Padjajaran atau Unpad Dr Yusa Djuyandi menyebutkan terdapat beberapa faktor bagi orang lain menjadi pelaku teror. Seperti faktor ekonomi, multipolitik dan pemahaman keliru terhadap ideologi.
“Banyak faktor yang bisa mempengaruhi orang melakukan teror,” kata Yusa saat dihubungi Jumat 9 Desember 2022.
Dia mencontohkan, banyak negara di dunia terjadi terorisme karena faktor ekonomi. Banyak orang-orang miskin melihat suatu kondisi ketidakadilan kemudian salah satu bentuk mendapatkan atensi dengan melakukan terorisme. Aksi terorisme ini telah banyak menelan korban di belahan dunia termasuk di Indonesia.
Misalnya yang terbaru, aksi bom bunuh diri di Mapolsek Astanaanyar, Kota Bandung yang telah memakan belasan korban luka-luka hingga menewaskan satu anggota kepolisian.
Untuk masalah multipolitik, ada sesuatu yang misalnya ingin dicapai sehingga dia dan kelompoknya melakukan teror mengancam ketakutan dalam masyarakat.
“Jihad dengan bom bunuh diri dalam islam tidak dikenal. Apalagi dalam keadaan damai. Justru bukan mendapat pahala malah mendapat keburukan,” kata dia.
Dosen Departemen Ilmu Politik FISIP Unpad mengatakan, jika berbicara pelaku teror tujuan mereka merupakan atensi. Menurutnya,
selama 3 tahun pandemi, setelah landai beraktivitas. Sehingga mereka mulai mencari cara lagi supaya mendaptakan atensi.
“Berbicara teror mereka punya tujuan, salah satunya hanya bisa dicapai ketika pemerintah dan masyarakat menaruh perhatian,” kata dia. (win)