BANDUNG – Kebutuhan mendesak dan kecepatan terima pinjaman, ialah dua di antara penyebab kasus rentenir marak terjadi. Perusahaan Umum Daerah (Perumda) BPR Kota Bandung, mengaku kewalahan.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Manajemen Resiko dan Kepatuhan BPR Kota Bandung, Juwairiah Wijayanti. Menurutnya, pihaknya berupaya lebih gencar mensosialisasikan Bank Bandung.
Juwairiah menyebut, upaya demikian beralasan, lantaran besar bunga dari pinjaman itu seringkali ‘mencekik’ para nasabah.
“Misalnya, pinjam duit langsung dikasih. Tinggal ngasih KTP. Tapi kalau diperhatikan lagi, itu bunganya tinggi sekali,” ungkap Juwairiah.
Terlebih, korban rentenir yang terjerat, tuturnya, didominasi oleh para pedagang atau wirausaha. Dimana menurutnya, mereka ialah paling rentan karena butuh dana cepat.
“Apalagi posisinyanya 24 jam di pasar. Mereka jam 2 pagi sampai 10 malam, di sana,” tutur Juwairiah.
“Kadang-kadang akhirnya mereka mengajukan pinjaman ke kami. Untuk menutup pinjaman rentenir dan bunganya itu,” tambahnya.
Padahal, kata Juwairiah, Bank Bandung telah menyediakan pinjaman bunga yang tidak terlalu besar. Variatif. Dihitung dari jangka waktu dan nilai produk itu sendiri.
Alhasil, Bank Bandung sebetulnya telah menawarkan bunga yang masih jauh lebih rendah. “Jadi jangan ke pinjol suku bunga mencekik,” tegasnya.
Sementara ini, Juwairiah mengungkapkan, pihaknya terus berkolaborasi dengan Satgas Anti Rentenir guna menekan kasus rentenir saat ini.
“Kasus rentenir ini, tidak ada matinya. Kami berusaha masuk, mereka lebih kenceng lagi. Namun kami terus bersosialisasi. Bahwa mending ke Bank Bandung saja,” pungkasnya. (zar)