Kerja Prakerja

 

Otong Sutisna

Sama pakcik, sudah tua ada buat lari ga ada buat nyepak, begitu sebaliknya…. enakan main bulutepok sama istri, keluar keringat sama sama enak’…. wkwkwk

 

Mirza Mirwan

Dinihari tadi, sementara jutaan fans Timnas Iran berduka karena gagal melangkah ke babak knock-out (16 besar) gegara ditekuk AS 0-1, di bagian lain Iran justru ada yang merayakan kemenangan AS dengan membakar kembang api dan membunyikan klakson. Itu terjadi, di mana lagi kalau bukan, di Provinsi Kurdistan. Di Saqez, sorak-sorai dan nyala kembang api sudah dimulai ketika Christian Polisic menjebol gawang Iran. Entah karena seperti kata pelatih Iran bahwa AS bermain lebih baik, atau karena mantra kebencian kaum Kurdi yang merasa dizalimi Teheran, sampai peluit panjang berbunyi Iran tak bisa menyamakan kedudukan. Tendangan penalti yang mestinya bisa menyamakan kedudukan, ajaibnya kok ya gagal membuahkan gol. Padahal, andaikata kedudukan akhir 1-1, otomatis Iran yang lolos ke 16 besar karena dari 2 laga sebelumnya sudah mengemas 3 poin — menang 2-0 atas Wales, sementara AS baru 2 poin — bermain imbang melawan Inggris dan Wales. Perayaan kegagalan Iran bukan hanya di Saqez, tetapi juga di Marivan dan Mahabad. Bahkan di kota Paveh dan Sarpol-e-Zahab, provinsi Kermanshah, tetangga selatan Kurdistan. Itulah sepakbola. Olahraga favorit umat sejagat. Di lapangan hijau harus bebas dari nuansa politis. Tetapi tidak demikian di luarnya. Timnas Iran menjadi korban tragedi Mahsa Amini yang berekor tewasnya lebih dari 300 orang (versi pemerintah) atau 400-an versi pegiat HAM.

 

EVMF

Pendapat saya pribadi Taiwan sudah semestinya menjadi sebuah Negara yang Merdeka dan Berdaulat, tanpa harus direcoki oleh peristiwa-peristiwa masa lalu yang sudah usang. Juga tanpa harus gentar dengan ancaman Tiongkok. Negara-Negara lain (Perserikatan Bangsa Bangsa) harus mempertimbangkan dan mengakui Hak Rakyat Taiwan untuk ber-negara sendiri. Perang Saudara di China telah lama usai… dan akhirnya terbentuk 2 Pemerintahan yang berbeda (1949). Kalau di-ibaratkan suami-istri, 73 tahun sudah mereka pisah ranjang ; rujug pun tak ada nilai lebihnya, mungkin hanya melanjutkan pertengkaran-pertengkaran masa lalu. Bagaimana mungkin mereka bisa bermesraan ?? sang suami sudah renta ; ramuan yang paling tokcer pun yang dari Oom Leong Putu pasti tak akan bermanfaat (hahahahaha… peace Oom Leong Putu) karena anu nya sang suami sudah tak ada stroom-nya. Sementara itu, sang istri sudah pasti – sudah lama menopang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan