JABAREKSPRES.COM – Siapa yang tidak ingin menjadi orang kaya, kaya dalam hal ini selalu dihubungkan dengan harta. Dengan kekayaan harta melimpah orang beranggapan akan bahagia. Berikut hadits tentang orang kaya dan penjelasan apa sebenarnya yang dimaksud kaya oleh Nabi Muhammad SAW.
Menjadi kaya secara materi selalu menajdi impian banyak orang, karena dengan kekayaan, orang bisa melakukan banyak hal dan membayar apapun.
Namun berbeda dengan pengertian kekayaan menurut hadits tentang orang kaya yang pernah diriwayatkan oleh Bukhari dan muslim.
Dilansir dari bersamadakwah.or.id, kaya menurut definisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bukan orang yang banyak harta. Beliau bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kaya itu bukanlah banyaknya harta. Namun kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Suatu ketika, Rasulullah mengajari Abu Dzar dengan bertanya terlebih dahulu.
يَا أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب
“Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya?” Aku (Abu Dzar) menjawab, “Betul.” Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” Aku menjawab, “Betul ya Rasulullah.” Lantas beliau bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya adalah kayanya hati sedangkan fakir adalah fakirnya hati” (HR. Ibnu Hibban; shahih)
Jadi menurut Rasulullah, hakikat kaya bukanlah karena banyaknya harta. Melainkan dilihat dari karakternya yang tidak merasa kekurangan, justru merasa cukup dengan pemberian Allah dan ringan tangan dalam membantu sesama dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya.
Imam Al Qurthubi menjelaskan dalam At Tadzkirah, “Pada hakikatnya, orang yang memerlukan itu faqir meskipun ia memiliki banyak harta. Sedangkan orang yang merasa cukup dengan Tuhannya, dia itulah orang kaya.”
“Orang banyak harta tetapi hatinya bergantung pada harta serta rakus terhadapnya, sesungguhnya ia miskin,” lanjut Imam Al Qurthubi.
Dengan definisi kaya dari Rasulullah ini, Abu Ali Ad Daqqaq menyimpulkan: “Kaya lebih utama daripada faqir. Karena kaya adalah sifat Allah sedangkan faqir adalah sifat makhluk.”
Karena kaya adalah soal karakter, maka insya Allah setiap orang bisa menjadi kaya tanpa menunggu memiliki banyak harta. Tinggal mengubah paradigma dan sikap kita; bersyukur dengan pemberian Allah, tidak bergantung kepada dunia, jangan suka meminta kepada sesama manusia dan biasakan menjadi dermawan. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.