Oleh : Galang Faizan Akbar
DI Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty atau KTT G20 Presiden Joko Widodo berhasil menciptakan beberapa bentuk kesepakatan dan juga banyak kerja sama dengan negara-negara sahabat.
Pada tahun 2022 ini, Indonesia dipercaya dunia menjadi tuan rumah sekaligus Presidensi dalam ajang Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty (KTT G20).
Hal tersebut tentunya menjadi kebanggaan tersendiri. Namun, di satu sisi jadi sebuah tantangan tersendiri bagi negara ini. Pasalnya, Indonesia menjadi sorotam mata dunia.
Sejak beberapa hari sebelum penyelenggaraan puncak KTT G20 pada 15-16 November 2022 di Bali, sebenarnya sudah banyak pertemuan yang dilakukan oleh para pemimpin negara anggota G20 secara bilateral, termasuk juga banyak pertemuan yang dilakukan oleh Presiden RI, Joko Widodo dengan negara-negara lain.
Bahkan dengan kepemimpinan Presiden Jokowi, Indonesia sendiri berhasil mengantongi sejumlah kerja sama dan kesepakatan dari negara-negara sahabat. Salah satunya adalah adanya investasi sebesar Rp 10 triliun, yang mana hal tersebut terjadi setelah pertemuan Jokowi dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden.
Ameriaka Tanamkan Modal di Indonesia 700 Juta US Dollar
Dalam pertemuan itu, Biden sendiri menyatakan bahwa terdapat rencana dari pihak Amerika Serikat untuk melakukan penanaman modal di Tanah Air dengan nilai 700 juta US Dollar atau lebih dari Rp 10 triliun.
Biden mengungkapkan bahwa secara bersama-sama akan mengejar masa depan lebih baik dengan kemitraan baru bersama Indonesia melalui Millennium Challenge Corporation (MCC).
Bukan hanya kesepakatan itu saja, melainkan terdapat juga kesepakatan lain yang diunggah secara resmi dalam situs White House, yang mana memang kedua belah negara telah saling sepakat dalam peluncuran MCC Compact dengan nilai 698 miliar US Dollar.
Peluncuran MCC Compact dengan dana besar itu direncanakan guna pengembangan pada infrastruktur transportasi sadar iklim dan berkualitas tinggi di sebanyak 5 provinsi di Indonesia.
Lebih lanjut, dana itu juga akan dipakai untuk melakukan mobilisasi modal internasional demi mendukung pembangunan Tanah Air, yakni untuk membangun kapasitas pasar keuangan.
Termasuk meningkatkan akses keuangan untuk usaha milik perempuan serta UMKM di Indonesia. Selain itu, terdapat lagi kesepakatan yang lainnya. Di mana pihak Kementerian Luar Negeri AS beserta Badan Pembangunan Internasional AS akan memberikan dana 150 juta US Dollar untuk pembangunan bilateral dengan Tanah Air dan juga dana bantuan keamanan untuk bangsa ini.