30 Korporasi Petani Buah Akan Segera Dibentuk

JAKARTA – Untuk meningkatkan produktivitas buah-buahan di Indonesia Kementerian Pertanian membentuk 30 koorperasi petani buah.

Direktur Buah dan Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman mengatakan, jumlah ini merupakan bagian dari target 360 korporasi yang akan dibentuk untuk lintas komoditas.

‘’Jadi target 30 koorperasi buah ini akan dilaksanakan sampai pada 2024 nanti,’’ kata Liferdi dalam keterangannya, Kamis, (16/11).

Dia mengatakan, saat ini, tantangan terbesar adalah mengubah pola pikir (mindset) petani sebagai pelaku agar mau menanam buah sebagai komodditas holtikultura.

Saat ini, Korporasi petani buah sendiri 10. Sehingga, koorperasi ini akan segera diperbanyak di berbagai wilayah di Indonesia.

‘’Antara lain tersebar di Pasaman, Kabupaten 50 Kota, Solok Selatan, Tanggamus, Sleman, dan Sumedang,’’ kata dia.

Menurut Liferdi, tantangan terbesar terbentuknya korporasi petani adalah pola pikir petani. Mayoritas petani masih memosisikan diri sebagai obyek.

“Ini tugas kita bersama untuk memberikan edukasi dan pendampingan pada petani. Kita akan ubah ke cara-cara korporasi supaya petani tidak kerja sendiri-sendiri,” papar Liferdi.

Cara kerja korporasi petani, jelas Liferdi, akan dapat memberikan nilai tambah bagi petani. Selain adanya jaminan ketersediaan pasar, proses hilirisasi juga tidak akan menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

Presiden Joko Widodo, jelas Liferdi, sudah melaunching kawasan Buah skala luas (food estate) berbasis buah di Gresik seluas 1.000 hektare pada Agustus lalu.

Pengembangan dilakukan dari hulu hingga hilir dan terus mendorong tumbuhnya korporasi petani buah. Badan usaha ini dibentuk dari, oleh, dan untuk petani.

Salah satu contoh yang berhasil ada di Tanggamus. Semula hanya 4 hektare, lalu bekerja sama dengan pembeli siaga (offtaker) kini berkembang menjadi 400 hektare yang bekerjasama dengan offtaker.

“Pola seperti ini ada kepastian pasar bagi petani. Sedangkan offtaker ada kepastian pasokan. Mereka tidak perlu investasi tenaga kerja dan lahan, karena bekerjasama dengan petani,” kata Liferdi belum lama ini.  (**/yan).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan