Jabareskpres.com – Sosok Patih Gajah Mada sangat populer di dalam literasi-literasi sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah. Konon cerita Patih Gajah Mada merupakan salah-satu tokoh yang sangat populer di Nusantara.
Kecerdasan sosok Patih Gajah Mada dalam memimpin pasukan, membuatnya dikenang sebagai salah seorang panglima perang yang disegani diseluruh nusantara dan wilayah dataran Asia Tenggara.
Akan tetapi nama tokoh yang merupakan pesohor dari Kerajaan Majapahit itu sampai sekarang masih menjadi perdebatan dikalangan ahli sejarah.
Sedikitnya ada tiga sumber literasi yang mengungkapkan siapa sebenarnya. Dan kapan dia hidup pada masanya.
Pada isi Kitab Negara Kertagama ternyata berbeda dengan hikayat yang terdapat pada Sejarah Melayu dan Babad Tanah Jawi.
Untuk mengidentifikasi melalui tiga sumber literasi sejarah itu, setidaknya nama Sosok Patih Gajah Mada memiliki masa kehidupan berbeda-beda. Adapun ke-3 sosok itu adalah sebagai berikut:
Patih Gajah Mada I
Keberadaannya bersumber dari Kitab Negara Kertagama. Di dalam kitab tersebut, Sosok Patih Gajah Mada dikisahkan bersumpah yang dikemudian hari dikenal dengan nama “Sumpah Palapa”.
Dia hidup masa Kepemimpinan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389), dan berdasarkan beberapa hikayat terlibat langsung dengan peristiwa Perang Bubat.
Diperkirakan Gajah Mada inilah bersama dengan Panglima Arya Damar yang berhasil menguasai Bali. Dan banyak yang percaya Sang Patih “Moksa” di akhir kehidupannya.
Cerita ini juga banyak terdapat pada buku-buku sejarah di kalangan pelajar.
Patih Gajah Mada II
Keberadaannya bersumber dari Sejarah Melayu dalam buku terbitan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi memiliki pandangan berbeda dengan Kitab Kertanegara.
Sejarah Melayu berasal dari tulisan Tun Sri Lanang. Dia hidup di masa Majapahit yang dipimpin oleh seorang Ratu yang bernama Radin Galuh Wi Kesuma. Bahkan jika dilihat dari masa hidupnya, satu generasi dengan Hang Tuah.
Apabila kita urutkan berdasarkan timeline, Sang Ratu Majapahit itu kemungkinan besar adalah Ratu Suhita (1427-1447), yang satu masa dengan pemerintahan Sultan Muzaffar Syah (1445-1459) dan dilanjutkan Sultan Mansyur Syah (1459-1477) dari Kerajaan Malaka.
Diperkirakan inilah yang hijrah ke pulau Sumatera setelah lengser dari jabatannya. Hal itu dibuktikan dengan adanya petilasan dan makamnya yang ditemukan di wilayah tersebut.