Perspektif Seni di Berbagai Sisi Pada ICAS-Fest 2022

BANDUNG — Setelah hari pertama diisi oleh berbagai performa di atas panggung, hari kedua ICAS-Fest 2022 pada Jumat, 11 November 2022.

Acara tersebut diisi oleh banyak pembicara yang menghadirkan pembahasan menarik. Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk bisa mempresentasikan hasil risetnya.

Acara ini terbuka untuk umum, sehingga para pembicara juga menyesuaikan pemilihan kata ketika menjelaskan masing-masing materinya.

Dibuka pada pukul 08.30 WIB, sesi pertama dibuka dengan presentasi paper hasil riset para mahasiswa pascasarjana ISBI Bandung. Di antaranya ada Audia Damayanti yang membahas mengenai tekstur dalam film.

Audia memberikan contoh penggunaan tekstur pada film Janur Kuning (1979). Tekstur film, berdasarkan pernyataan Audia, yakni hasil komposisi yang membangun film dan dapat dirasakan kombinasinya.

Terdapat dua unsur pada tekstur film ini, yakni unsur naratif dan sinematik. Ia juga memberikan contoh adegan pada film Janur Kuning, seperti low angle yang berarti memberikan kesan gagah pada tokoh yang terlihat kuat atau memiliki power.

Sementara, pada tokoh yang lemah, digunakan high angle. Hal kecil ini rupanya sangat berperan dalam pembuatan sebuah film.

Selanjutnya, ada M. Taufik yang membahas mengenai optimalisasi fungsi desainer pada konten Eiger x Taman Nasional. Ia juga menyinggung mengenai penggunaan cara berpikir design thinking dalam membuat karya desain.

Menurutnya, lebih baik para desainer menggunakan cara berpikir desain atau design thinking ketimbang hanya mencari-cari referensi.

Selain itu, ada pula Andri Setiawan yang membahas mengenai semiotika pada produk teh botol sosro. Andri juga menuturkan apresiasinya terhadap desain produk teh tersebut.

Terakhir, ada Ravli Ferial Mohammad yang membahas tentang karya Sunaryo dengan assembladge, yakni kolase satu cara seniman menghadirkan kekaryaan.

Semua materi yang dibawakan itu berkaitan dengan visual, sehingga menambah wawasan audiens baik mengenai film, desain produk, semiotika, sampai dengan seniman kontemporer.

Masing-masing memberikan berbagai perspektif dari berbagai sisi mengenai karya seni. Meski penjelasan hanya dengan waktu singkat, tetapi maksud dan tujuan dari hasil riset berhasil tersampaikan.

Setelah sesi presentasi masing-masing mahasiswa, sesi pemberian materi dilanjutkan oleh Prof. Ricia Anne Chansky, Ph. D. dari University of Puerto Rico et Mayaguez. Topik yang dibawakannya membahas mengenai krisis iklim dengan judul Making Disaster Visible: Narrating the Climate Crisis.*

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan