Jakarta, 20 Oktober – Indonesia merupakan salah satu negara produsen buah-buahan dengan potensi besar menembus pasar ekspor. Salah satu yang berpeluang diekspor dan memiliki nilai tinggi adalah buah durian.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto mengatakan Indonesia dan Thailand adalah negara produsen durian di Asia Tenggara.
“Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan negara lain dari sisi ketersediaan lahan dan kualitas buah durian,” kata Prihasto dalam webinar Strategi Meningkatkan Produksi dan Menjaga Kualitas Tanaman Hortikultura, Kamis, 20 Oktober 2022.
Namun, dia mengakui tata kelola ekspor, khususnya buah-buahan, dari Indonesia masih belum maksimal. Indonesia masih kalah dalam aspek pemasaran dan promosi.
Akibatnya, kata dia, nilai ekspor durian dari Thailand jauh melampaui nilai ekspor durian dari Indonesia.
Prihasto mengungkapkan, nilai ekspor durian Thailand pada 2021 mencapai Rp42 triliun.
“Sementara ekspor durian dari kita ke dunia tidak ada 1%-nya dari nilai ekspor Thailand itu,” ungkap Prihasto.
Kondisi ini, diakui Prihasto berbanding terbalik dengan capaian pertanian secara nasional.
Baru-baru ini, Direktur Jenderal Food and Agriculture Organizations (FAO), Qu Dongyu, memberikan pujian karena Indonesia dinilai mampu menjaga ketahanan pangan di tengah krisis pangan global.
Prihasto mengutip pujian Dongyu dalam rangkaian pertemuan G20 di yang Bali mengatakan, saat ini Indonesia tak hanya sebatas bisa memenuhi kebutuhan beras masyarakat dalam negeri.
Tetapi juga sudah bisa menyediakan stok pangan bagi negara lain.
“Dari 113 negara agrikultur di dunia, Indonesia dianggap unggul. Bahkan kita diminta untuk menjadi model,” ujar Prihasto.
Selain durian, Prihasto memberi contoh buah lain yang perlu ditingkatkan mutunya untuk menembus pasar ekspor.
“Saat di Timur Tengah, saya melihat salak. Itu dari Thailand. Warnanya hijau. Tapi rasanya jauh jika dibandingkan salak pondoh yang kita punya,” paparnya.
Prihasto berharap, petani Indonesia dapat memanfaatkan potensi pasar buah-buahan di luar negeri yang masih terbuka luas.
Caranya adalah dengan meningkatkan produksi, menjaga kualitas dan kontinuitas.
Pada kesempatan yang sama, dosen Universitas Muhamadiyah Malang, Elfi Anis Saati mengatakan, ada dua hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan pangan. Pertama, melakukan diversifikasi pangan berbasis lokal.