Memerangi Stigma, Komunitas Rumah Kita Edukasi Kesehatan Mental Lewat Latihan Kemandirian Ekonomi

JabarEkspres.com, BANDUNG BARAT – Rumah Kita merupakan komunitas yang peduli terhadap para penyintas bipolar atau dikenal juga sebagai orang dengan bipolar (ODB).

Di komunitas ini para penyintas bisa bertemu serta saling menguatkan satu sama lainnya, mereka juga bisa bertemu dengan orang-orang yang peduli terhadap mereka.

“Di rumah kita, ada berbagai macam kegiatan salah satunya adalah pertemuan antara penyintas, di situ kita curhat, kesulitan selama menjadi penyintas apa aja,” kata Daniel, salah satu penggiat komunitas Rumah Kita asal Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, saat ditemui Minggu, 16 Oktober 2022.

Selain itu, komunitas Rumah Kita mensosialisasikan pentingnya kesehatan mental kepada keluarga, antara penyintas dan keluarganya lewat program Family Support.

“Kita juga mengadakan program Family Support, karena ada juga keluarga yang kadang enggak support ke para penyintas,” ucapnya.

Menurut dia, banyak sekali masyarakat yang keliru dalam memahami kesehatan mental, dan menganggap para penyintas atau disabilitas mental sebagai orang-orang biasa saja. Padahal, lanjut dia, banyak penyintas yang tidak mendapatkan dukungan baik.

“Karena edukasi pendidikan kesehatan mental kita yang belum merata, sehingga menimbulkan stigma di masyarakat,” tuturnya.

Sebelumnya, Komunitas Rumah Kita, juga mengadakan kegiatan edukasi kesehatan mental pada remaja di Aula Desa Jambudipa, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat pada Minggu, 9 Oktober 2022.

“Selain mengadakan edukasi kesehatan mental, kami juga melatih adik-adik membuat kalung dan gelang, tujuannya agar mereka lebih tahu pada kesehatan mental juga melatih kemandirian mereka,”ungkapnya.

Kegiatan tersebut selain untuk memperingati hari kesehatan mental sedunia, juga untuk melatih para penyintas berkomunikasi langsung ke lapangan.

“Itu juga merupakan bagian dari terapi mereka terjun ke lapangan,” sebutnya.

Di Komunitas Rumah Kita ini juga diadakan konseling ke pelosok-pelosok desa, memberikan obat serta konseling.

“Kami juga masuk ke pelosok-pelosok desa, harapannya di posyandu tuh ada edukasi mengenai kesehatan mental,  kami biasanya memberikan obat atau juga konseling,” jelasnya

Ia juga menambahkan, isu kesehatan mental kurang mendapatkan perhatian, hingga para penyintas tidak mendapatkan kesetaraan.

“Karena tadi edukasi kesehatan mental yang tidak merata, banyak yang menganggap para distabilitas mental sebagai orang biasa aja, dan cenderung meremehkan kesehatan mental mereka,” tuturnya

Tinggalkan Balasan