Hal senada diungkapkan seorang pedagang pisang lainnya, Mamat Rahmat (38). Dirinya memastikan, kolam retensi yang dibuat, tampak nirguna.
“Serasa enggak ada pengaruhnya. Tetap aja banjir. Tidak ada perubahan,” ungkap Rahmat kepada Jabar Ekspres, Jumat, 7 Oktober 2022, malam.
Alhasil, pendapatan sehari-hari berkurang drastis. Bahkan, capaiannya tidak lebih dari 50 persen. Terlebih banjir, kata Rahmat, menghentikan aktivitas jual-beli berjam-jam.
“Jualan minus semua, pasti. Siapa mau ke sini? Orang banjir. Dari jam 1 siang sampai 7 malam. Enggak sampai itu (keuntungan) 20 persen,” keluhnya.
Selain menghadang kedatangan para calon pelanggan, banjir membuat masalah lain. Yakni membersihkan lumpur yang terbawa arus dan masuk ke kiosnya berjualan.
“Capek, terus aja kami bersih-bersih,” jelasnya.
Lantas dirinya berharap kepada pejabat selaku pemangku kebijakan, supaya memperhatikan dampak dari kolam retensi. Sekiranya belum memberi solusi, setidaknya, lebih dimatangkan kembali.
“Itu harus diutamakan. Masalah pembuangan. Sepenglihatan, gorongannya juga kecil. Jadi kayak percuma, kayak tidak akan tertampung,” tandasnya.
Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berupaya untuk meminimalisir banjir di Kawasan Gedebage. Salah satunya dengan mengaktifkan kembali sungai Cisaranten Lama.