Jimmy Marta
Apakah memang harus ada yg minta maaf?. Yg ngaku salah?. Yg berani bertanggung jawab?. PSSI, PT LIB, Panpel..? Entahlah, siapa diantara mereka yg mau jadi kesatria. Mereka semua mungkin malah merasa orang yg berjasa. Bekerja untuk kemajuan sepakbola. Kejayaan persepakbolaan indonesia. Lalu apakah pihak keamanan, polisi atau security yg mau memikul…? Mereka pun katanya mengabdi demi sepakbola demi negara… Apakah memang semua murni pengabdian?. Tanpa ada yg tergoda akan mendapat ‘posisi’ pengaruh.? Atau mendapatkan sesuatu?. Dan bukankah tidak satupun yg gratis? Semua kan pasti ada bayaran..! Masing2 pesona ada tugas tanggungjawab. Diposisi masing2 ada yg harus dipertanggung jawabkan. Apapun itu imbalan yg didapatkan… Kemana itu sang Kesatrya…?
Umar Sidik
Satria hanya ada di wayang. Tapi tetiba sangat sulit mencari kesatria. Pun di negeri yang katanya Aji Saka
Ghost It Is
Berkah cancel antrian kemarin, maksudnya cancel tulisan kemarin. Saya menemukan audio book berjudul “Dark Psychology”, Richard Campbell. Kurang paham pak Richard copy paste dari mana. Dari audio book singkat yang saya temukan di YouTube “bacasuara”. Orang-orang pada posisi ke 4, yang tidak bisa berada pada posisi pertama, terbaik, atau berbeda. Artinya menipu. Mampu saya pahami sedikit pergerakannya. Dengan begitu otak reptil saya aman dari posisi terancam.
Er Gham
Menurut polisi, dari 8 pintu, hanya 2 yang terbuka. Sedangkan menurut ketua panpel, seluruh pintu telah terbuka. Saya khawatir, ada yang sengaja kembali menutup pintu, sebelum ditembakkan gas air mata. Semoga saya salah, dan hanya praduga saja, bukan fakta. Semoga misteri ini menjadi concern TGIPF. CCTV jangan tiba tiba rusak juga.
Everyday Mandarin
Satria hanya ada di wayang. Wayang ga bisa didenda, dimutasi, apalagi dibui. Dia hanya wayang. Hanya selembar kulit, kertas, lakon, atau kantong (potehi).
AnalisAsalAsalan
Tulisan Abah “Penyesalan Panggung” di-take down; ditarik atau sejenisnya? Menurut analisis saya TIDAK. Mengapa? Karena tim IT Disway beberapa kali membuat “kesalahan” serupa — komen hilang. Jadi, hilangnya posting tersebut biasa saja. Bisa saja Abah posting lagi, namun: 1. Nanti komentar yang sudah masuk bagaimana? Pasti banyak pertanyaan juga. 2. Toh, di edisi Disway cetak tetap ada. Apalagi banyak yang mengcopy tulisan Abah. “Wes, Jarno ae (biarkan saja),” kira-kira seperti itulah pemikiran Abah. Wah, saya jadi pembaca pikiran orang nih. Hahahahaha.