Mamak Edi
Masalah hijab atau jilbab bagi perempuan muslim, betul, ia adalah kewajiban di ruang publik. Jika di negara itu mengadopsi syariat Islam, maka ada dinas amar makruf nahi munkar, yang berhak menegakkan disiplin itu. Meskipun begitu ketatnya dalam pandangan syariah pemberlakuan hijab itu, tapi pelanggarnya tidak masuk dalam daftar pelaku dosa besar. Itu artinya, banyak amal kebaikan lain yang lebih ringan yang bisa menebus dosa mereka yang tidak berjilbab itu. Tapi itu kan hubungan dia dengan Tuhannya. Adapun penegak disiplin di suatu negara itu, mereka pun merasa tagihan pendisiplinan itu bagian tugas yang diamanatkan dari langit untuk mereka. Jika benar perempuan itu sampai mengalami tindak kekerasan, di jalan menuju kantor dinas itu, secara syariat Islam pun tindakan pamongpraja itu melanggar hukum.
Pryadi Satriana
“Mahsa kena razia polisi moral.” Moralitas itu terkait baik-buruk, ‘bahasa agama’-nya ‘dosa’. Yang berhak menghukum: Tuhan. Hal ini jelas diajarkan oleh Yesus (Isa). Saat orang2 Yahudi hendak merajam perempuan yg kedapatan berzinah, Yesus mengatakan, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Itu adalah ajaran Injil! Adalah ganjil jika mengatakan mengimani Injil tapi masih menerapkan rajam. Manusia harus belajar. Dari sejarah. Kejadian yg terjadi dalam ‘perjalanan hidup’ manusia. Seandainya tahu bahwa ‘burkah’ atau pun ‘jilbab’ sudah dipakai sejak masa Yakub sebagai bagian dari tradisi berpakaian, ndhak akan ada ‘klaim’ bahwa jilbab itu bagian dari syariat Islam. Banyak yg ndhak tahu, Arab Saudi sudah pada kesadaran bahwa memakai jilbab adalah bagian dari budaya, bukan bagian dari syariat. Dan karena itu, perempuan di Arab Saudi tidak wajib mengenakan jilbab. Kita diberi akal budi utk berpikir. ‘Mikir sing bener’. Adanya mata dan otak spy kita ‘melihat dan berpikir’, punya wawasan yg luas. Yg ‘haram’ itu ‘berbuat dosa’ dan yg ‘porno’ itu ‘pikiran mesum’. Gus Mus membuat lukisan “Berdzikir bersama Inul.” Heboh. “Goyang ngebor” Inul dianggap ‘porno’. Itu salah kaprah. Saya pernah menulis artikel tentang “Makna Pornografi” di Koran Tempo. Silakan baca utk memperluas wawasan. Semoga tulisan itu bermanfaat. Salam.