Metode Pengajaran yang Kekinian
Irma memasuki kelas. Murid-muridnya menyambut dengan semangat dan tersenyum. “Good morning, everyone!”seru Irma kepada siswa-siswanya.
“Morning, Miss,” sambut murid-murid.
Kemudian Irma membuka laptop, modul pengajaran terpampang lewat infokus ke proyektor. Murid-murid berpindah dari tempat duduknya berkumpul dengan kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya.
“Duduknya berkelompok, yuk,” teriak Irma pada siswa-siswanya.
Irma mengajarkan bahasa Inggris dengan begitu mudah, lewat gambar-gambar yang ia tunjukkan. Murid-murid semangat belajar bahasa Inggris.
Mereka menjawab setiap pertanyaan yang dilemparkan oleh gurunya, semangat dan terus menerus mengacungkan tangan agar gurunya memerhatikan hingga bisa mengambil poin nilai dari pembelajaran yang hari itu diadakan.
“Sekarang enggak perlu nulis, ya. Kita akan mengulang belajar yang udah kita pelajari, kita game aja, ya,” sebut Irma.
Selain pengajaran menggunakan gambar, Irma mengajak anak-anak bisa berbahasa Inggris dengan bernyanyi.
“Kelompok sebelah sini, ayo nyanyi bahasa Inggris, ya,” teriak Irma.
Mereka menyanyikan lagu dengan bahasa Inggris, dan kemudian kembali duduk.
Jam pelajaran pun selesai. Bel di luar terdengar nyaring. Murid-murid kembali ke tempat duduknya masing-masing mengangkat kursi dan merapikan meja-meja.
Salah seorang murid di kelas 7D, Gavin, 12 tahun, mengatakan senang mempunyai guru seperti Irma yang metode pengajarannya begitu asik.
Mengajar Lebih Utama, Sekalipun Endorsement Menjanjikan
Setelah mengajar, di ruang guru, Irma bercerita penghasilannya di dunia entertainment sangat menjanjikan. Endoresement per bulan yang ia dapati lebih dari puluhan juta, namun menjadi guru dan mengajar lebih ia utamakan.
“pokoknya, kalau ada syuting atau endoresement di hari Senin-Kamis, pasti saya tolak dan mengajar lebih utama. Karena itu, saya bilang ke manajer buat jadwal itu cuma Jumat, Sabtu, dan Minggu,” kata Irma.
Menjadi guru di zaman ini memang tak jadi pilihan utama generasi milenial, ada yang menanggap tak memberikan kesejahteraan, apalagi masih honorer.
Bagi Irma, sekalipun dirinya tenar menjadi selebgram, mengajar itu mengasyikan. Penghasilan Irma menjadi selebgram sangatlah menjanjikan.
“Endoresement itu pekerjaan yang tidak difokuskan, berbeda dengan mengajar pekerja yang tetap. Dari endoresement sendiri saya sepuluh sampai empat puluh juta nyampelah, paling kecil itu lima juta,” ucap Irma.