Komite SMAN 24 Bantah Adanya Pemaksaan dan Permalukan Ortusis 

Komite SMAN 24 Bantah Adanya Pemaksaan dan Permalukan Ortusis 
0 Komentar

BANDUNG – Komite SMAN 24 Kota Bandung membantah tuduhan telah mempermalukan orang tua siswa (ortusis), saat rapat komite sekolah mengenai sumbangan orang tua siswa.

Ketua Komite SMAN 24 Kota Bandung Letkol (purn) Asep Kurnaedi mengakui, pihaknya melaksanakan rapat dengan ortusis selama tiga hari mulai 5 – 7 September lalu. Waktu itu kata dia, rapat tersebut tengah membahas program-program sekolah yang membutuhkan dukungan semua pihak termasuk dukungan ortusis.

Dalam rapat, pihaknya kata dia, menyampaikan kesanggupan ortusis untuk sumbangan ke sekolah secara sukarela untuk mendukung program sekolah tersebut. Hal ini kata Asep, dipaparkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SMAN 24 Kota Bandung, Andang Segara.

Baca Juga:Himpaudi Kota Bandung Bersama MACS Melaksanakan Simulasi Manasik Haji Anak Usia DiniHimpaudi Kiaracondong Putihkan Kiara Artha Park dalam Simulasi Manasik Haji PAUD

Namun, Asep menegaskan, saat rapat tidak ada paksaan, bagi ortusis untuk menyumbang ke sekolah. “Saat rapat ada yang sanggup menyumbang dari angka Rp 8 juta sampai yang tidak nyumbang juga ada,” kata Asep, Kamis (15/9/2022) sore.

“Saya katakan tidak ada paksaan. Mangga ibu-ibu bapak-bapak apabila yang masih kosong (belum nyumbang sama sekali) bilih bade nyumbang, saya malu sama sekolah, saya bilang begitu,” kata Asep.

Namun, di tengah rapat tersebut, Asep mengungkapkan, ada salah seorang ortusis dinilai menjadi  provokator dengan mengajak ortusis lainnya agar menolak sumbangan tersebut.

“Saya katakan mau menyumbang berapa saja silahkan. Saya juga menggunakan Pergub (sebagai payung hukum), tidak ada paksaan sesuai kemampuan. Namun dia nanya lagi, karena tidak memperhatikan saya, malah ngobrol. Makanya saya tegur agar memperhatikan, supaya jelas dan tidak ada pemberitaan ke luar yang salah. Mungkin sakit hati sama saya,” kata Asep.

“Ini juga untuk mendata orangtua yang sudah nyumbang tetapi belum terdata. Ada yang sudah dan belum,” sambung Asep.

Masih dikatakan Asep saat mendata orangtua yang belum menyumbang dia nanya ke orangtua karena dalam sekelas baru lima orang yang telah menyumbang.

“Takutnya ada orangtua siswa yang telah menyumbang tapi tidak tercatat karena ada selisih Rp 30 juta. Makanya saya suruh nanya ke wali kelas, kalau-kalau ada yang sudah memyumbang tapi belum terdata. Pokonya nggak ada yang dipermalukan secara perorangan,” kata Asep.

0 Komentar