“Alhamdulillah uang tarif angkot juga ada penambahan, jadi dari Bandung ke Ciparay asalnya Rp10 ribu jadi Rp12 ribu,” lanjut Kiki.
Kendati demikian, Kiki mengaku, cukup khawatir dengan kebijakan penyesuaian tarif sebab berpotensi penumpang angkot enggan menaiki mobilnya.
“Tapi kalau kita enggak naik tarif berat juga, jadi dilema buat kita dengan aturan-aturan baru,” papar Kiki.
Sementara itu, salah seorang Penjaga Warung, Rudiawan (20) warga Jalan Ibrahim Adji, Kiaracondong, Kota Bandung mengaku, omsetnya menurun drastis sejak harga BBM naik.
“Sebelumnya bisa sampai Rp5 juta sehari itu kotor belum dipotong modal belanjaan. Pas naik BBM jadi Rp3 juta malahan pernah di bawah itu,” kata Rudiawan.
Dia menerangkan, dampak yang dirasakan tersebut karena beberapa kebutuhan pokok hingga harga rokok mengalami kenaikan juga.
Oleh sebab itu, menurut Rudiawan, tak sedikit masyarakat yang enggan membeli camilan atau makanan ringan, karena mulai hidup hemat.
“Paling kerasa saya penjualan di rokok, sampai sekarang ini masih stok lama, belum belanja lagi,” ujarnya.
Rudiawan menyampaikan, kenaikan harga BBM saat ini perlu ada evaluasi sebab sangat memberatkan masyarakat.
“Apalagi bansos Rp600 ribu, itu enggak bisa jadi kompensasi kalau menurut saya, soalnya masa kita sehari buat kebutuhan itu Rp150 ribu, cukup buat apa di zaman sekarang, semua harga naik,” pungkasnya. (Bas)