BANDUNG – Angka kasus HIV/AIDS di Provinsi Jawa Barat, tengah menjadi sorotan nasional. Kemenkes pun langsung mengalokasikan sebanyak 425.808 kondom ke Jabar.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar, Ryan Bayusantika Ristandi mengatakan, selain membagikan kondom, kiat yang telah dilakukan Dinkes Jabar dalam pencegahan HIV/AIDS di antaranya melakukan penyuluhan dan sosialisasi.
“Kami juga melakukan edukasi kepada masyarakat luas, pelajar, termasuk mahasiswa terkait pencegahan HIV/AIDS dan IMS dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat melalui media sosial, dan media lainnya,” kata Ryan, Rabu (31/8).
Pihak Kemenkes juga, lanjut Ryan, sudah mengalokasikan kondom sebanyak 425.808 buah ke Jabar.
BACA JUGA : 5 Kota dengan Jumlah Warga Positif HIV Terbanyak di Indonesia, Bandung Urutan ke Berapa?
“Pembagian kondom atau alokasi kondom ke kabupaten/kota merupakan salah satu intervensi perubahan perilaku agar pencegahan HIV tidak meluas dan memutus mata rantai penularan HIV dan IMS yang tadinya tidak menggunakan kondom jadi menggunakan kondom,” jelasnya.
Menurutnya, pembagian kondom adalah salah satu langkah pencegahan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual.
“Jadi kondom merupakan alternatif selanjutnya atau terakhir, bila skema A dan B tidak dapat dilakukan sebagai pencegahan kecuali pada kasus tertentu tetap harus pakai kondom,” pungkasnya.
Untuk diketahui, bertambahnya jumlah kasus positif HIV di Kota Bandung tengah menjadi sorotan publik setelah data dibuka oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung.
KPA menuturkan, jumlah baru data pengidap human immunodeficiency virus (HIV) itu muncul setelah 12.358 orang mengakses layanan kesehatan terkait HIV/AIDS di Kota Bandung hingga Desember 2021.
5.943 pengakses di antaranya adalah warga Kota Bandung. Dari jumlah tersebut, 6,97 persen atau 414 orang yang dinyatakan positif HIV berstatus mahasiswa.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr Ira Dewi Jani menjelaskan bahwa jumlah tersebut merupakan data akumulasi selama 30 tahun.
“Itu kan data yang kami kumpulkan mulai dari tahun 1991 sampai Desember 2021,” kata Ira sdilansir dari Kompas.com. (bbs)