“Kau dapat apa? Menuduh orang goblok dan lain-lain. Lu tuh siapa sih? Kok bicara goblok dan segala macam di ruang publik. Kamu memang betul-betul tidak punya etika berbicara di ruang publik. Saya tidak setuju kalau kau berpengalaman. Kalau kau berpengalaman kenapa cara kamu begitu,” kata Ngabalin yang membalas menunjuk-nunjuk Deolipa.
“Sebentar Pak, Pak Saya Aktivis 98,” kata Deolipa merendahkan nada suaranya.
Tetapi Ngabalin tetap tak berubah, dan tetap membentak Deolipa.
“Kau yang tidak berakhlak, kenapa menuduh orang bodoh, goblok segala macam,” kata Ngabalin Kemudian kedua pembawa acara sempat mendinginkan suasana dan meminta Ngabalin untuk lebih tenang. Namun cara tersebut tak juga membuat Ngabalin merendahkan nada bicara.
“Kau tidak mengerti, kau kaya orang pintar kau, membodoh-bodohi orang di ruang publik!” Kata Ngabalin.
Deolipa nampaknya tak ingin meneruskan aksi saling bentak dengan Ngabalin. Dia kemudian mengucapkan doa penutup.
“Tuhan memberkati bapak, tuhan memberkati bapak,” kata Deolipa.
Ngabalin tetap tak berhenti. Dia masih berbicara dengan berapi-api.
“Rakyat sapa yang kau wakili? Rakyat siapa yang kau wakili? Saya tidak menutup masalah ini. Tetapi anda harus mengerti memberikan dukungan kepada institusi negara!. Proses ini sedang berjalan, Jangan begitu cara Kau!” Kata Ngabalin karena merasa dirinya sudah selesai berbicara, maka Deolipa kembali meneruskan apa yang ingin dikatakannya.
“Pak saya aktivis 98 yang mula-mula Pak, bahkan Presiden Megawati..,”
Belum sempat Deolipa berbicara, Ngabalin kembali berbicara dengan nada tinggi.
“Ya tapi caramu tidak baik, kau menuduh orang bodoh, goblok, kau siapa sih,” kata Ngabalin.
“Saya aktivis 98, bapak aktivis 98 bukan?” tanya Deolipa .
“Saya anak UI 98,” kata Ngabalin.
Karena merasa perdebatan antara Deolipa dan Ngabalin sudah keluar dari substansi, maka pembawa acara mengambil alih untuk menghentikan perdebatan antara keduanya. (bbs)