JAKARTA – Diperolehnya penghargaan IRRI untuk Pemerintah Indonesia dalam program Ketahanan Pangan, mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan.
Ketua Umum DPP Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) Walneg S Jas mengatakan, penghargaan IRRI tersebut merupakan bukti bahwa bukti kerja keras pemerintah dalam melakukan swasembada pangan.
Menurutnya, sejauh ini, kerja keras Kementerian Pertanian untuk meningkatkan produktifitas pertanian dinilai berhasil.
“Pencapaian (penghargaan IRRI) ini memang spesial, karena selama pandemi tidak semua negara bisa survive,’’ kata Walneg S Jas dalam keterangannnya, Selasa, (24/8).
Dia menilai, sejauh ini situasi global masih dalam keadaaan tidak pasti. Berbagai dinamika geopolitik berimbas pada krisis pangan, energi dan finansial.
Untuk itu, dengan adanya penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) dapat dikatakan sebagai bentuk pengakuan dunia atas keberhasilan Indonesia mempertahankan surplus beras sehingga tidak melakukan impor selama tiga tahun berturut-turut.
Keberhasilan ini juga diikuti oleh, komoditas pertanian lainnya yang mengalami peningkatan produksi sehingga terjadi surplus.
Penghargaan IRRI sendiri diberikan sebagai bentuk penilaian terhadap system pertanian pangan Tangguh dan swasembada nberas yang telah dilaksanakan pada 2019-2021.
Program ini berhasil dicapai, berkat kolaborasi dengan semua unsur baik dalam konteks intensifikasi, ekstensifikasi, perbaikan teknologi.
‘’Jadi penerapannya baik teknologi prapanen maupun pascapanen. Termasuk juga program atau kampanye yang terus-menerus adalah perbaikan kelembagaan manajemen produksi,” kata Walneg.
Keberhasilan Indonesia meraih penghargaan IRRI juga dipicu kondisi positif lain. Dari transformasi pola kebiasaan atau budaya masyarakat yang lebih sehat.
Pola tersebut masuk dalam diversifikasi konsumsi pangan, dan kondisi lain yang mendukung terakumulasinya produksi pangan, khususnya beras.
Secara konsumsi, Indonesia juga pelan-pelan bisa me-maintain. Sedikit turun, tapi bisa me-maintain di kisaran 29-31 juta ton beras.
‘’Tetapi pada saat yang sama, secara produksi kita juga bisa secara pelan-pelan meningkat secara kontinu atau konsisten,” katanya.
Kendati demikian, ia mengingatkan pemerintah dan segenap unsur yang ada untuk selalu bersiap diri menghadapi beragam tantangan ke depan.
Seperti perubahan iklim, pengurangan lahan tanam, pertambahan penduduk, kinerja dan kualitas petani, serta kualitas manajemen.