“Masih banyak yang harus kita selesaikan bersama dan harus diberikan perhatian penuh pada kerajinan batik Jawa Barat,” ujarnya.
Hal penting yang sekarang terjadi dan jelas bisa dilihat dan dirasakan adalah banyaknya perajin batik yang sudah tidak lagi mengerjakan batik akibat dua tahun masa pandemi. Perajin batik Jawa Barat juga mengalami penurunan jumlah perajinnya hingga 80 persen sama halnya dengan yang dirasakan oleh komunitas perajin batik di propinsi lainnya.
Berdasarkan data dari APPBI jumlah perajin batik sebelum masa pandemi terdapat 131.568 perajin batik dan merosot hingga kurang lebih 27 ribu perajin batik.
Kondisi sekarang yang oleh sebagian perajin batik dikatakan sudah mulai ada kenaikan permintaan batik, namun kesulitan untuk mendapatkan perajin-perajin batiknya. Ditambah dengan harga-harga bahan baku yang bukan naik tapi berubah harga. Hal ini menjadi permasalahan bersama.
“Dengan ini kita mencoba urun rembug melalui Riung Batik Jawa Barat yg diselenggarakan kami. Apa yang harus dilakukan oleh anggota YBJB dan apa yang dapat kami lakukan untuk dunia batik ke depan yang lebih baik. Semoga pertemuan ini dapat memberikan jawaban dan insight untuk kita bersama, dan mampu membangun kolaborasi yang saling memberi manfaat bagi kemajuan kriya batik khususnya dan seni budaya nusantara,” harap Sendy. (*)