JAKARTA – Kementerian Pertanian memperoleh penghargaan dari International Rice Risearch Institute (IRRI). Hal ini menjadi bukti bahwa program ketahanan pangan yang diterapkan mendapatkan apresiasi,
Direktur Supply Chain & Pelayanan Publik Perum Bulog M. Suyanto mengatakan, saat ini Indonesia sudah tidak melakukan impor beras.
‘’Program ketahanan pangan lumbung beras dinilai berhasil dan selama tiga tahun ini Indoneisa tanpa impor beras umum,’’ kata Suyanto dalam keterangannya, Selesa, (16/8).
Menurutnya, sejauh ini, untuk cadangan beras nasional memiliki stok cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Dengan begitu, jika ada kebutuhan untuk operasi pasar, tanggap darurat, bencana alam atau kebutuhan lainnya stok beras sangat aman.
IRRI sendiri menyerahkan penghargaan Sistem Pertanian-Pangan Tangguh dan Swasembada Beras Tahun 2019-2021 melalui Penggunaan Teknologi Inovasi Padi kepada Pemerintah Indonesia.
Penghargaan diserahkan oleh Direktur Jenderal IRRI Jean Balie kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Minggu (14/8).
Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) per 1 Maret, total luas panen pada 2021 mencapai 10,41 juta hectare. Dengan total produksi padi mencapai 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG).
Tidak hanya itu, rata-rata produktivitas padi di Indonesia juga mengalami perbaikan. Produktivitas padi meningkat dari 5,13 ton per hektare di 2020 menjadi 5,23 ton per hektare di 2021.
Swasembada beras ini memudahkan Bulog dalam menjalankan tugas-tugas pemerintah, terutama dalam mengelola cadangan beras nasional untuk menciptakan kestabilan ketahanan pangan.
Dengan begitu, cadangan beras pemerintah itu pula Bulog bertanggung jawab untuk menjaga harga beras di pasar stabil.
Suyanto mengatakan, pada saat panen, Bulog membeli gabah dari petani dan disimpan sebagai cadangan.
‘’Pada saat tidak panen, stok beras tersebut disalurkan untuk stabilisasi harga di tingkat konsumen,” kata Suyamto.
Agar prestasi Indonesia tersebut bisa dipertahankan dalam jangka panjang, kata Suyamto, Pemerintah harus terus menggenjot produksi beras, baik lewat intensifikasi maupun ekstensifikasi. Dengan begitu ketahan pangan jadi tercapai.
“Perlu dilakukan diversifikasi pangan untuk mengurangi konsumsi beras. Indonesia kaya sumber karbohidrat selain beras, seperti jagung, sorgum, singkong dan pangan pokok lainnya,” kata Suyanto. (yan).