CICALENGKA – Nyamuk demam berdarah kini semakin mengancam di tengah kondisi cuaca buruk atau kemarau basah seperti saat ini. Berbagai langkah antisipasi dan pencegahan berkembangbiaknya nyamuk demam berdarah terus dilakukan di Desa Cicalengka Wetan, salah satunya dengan membentuk satgas atau tim khusus DBD.
Sekretaris Desa Cicalengka Wetan, Ardhi Saehari mengatakan, pembentukan tim khusus itu berdasarkan Surat Keputusan (SK) dari Kepala Desa.
“Kita bentuk satgas (satuan tugas) khusus melaksanakan fogging. Soalnya melakukan fogging itu tidak sembarang, ada cara dan tekniknya,” kata Ardhi kepada Jabar Ekspres, Selasa (2/8).
Dia menerangkan, tim khusus atau satgas DBD bekerja untuk penanganan dan pencegahan kasus demam berdarah. Pembentukannya dilakukan sejak 2020 lalu, bersamaan dengan satgas Covid-19.
“Personilnya masih satgas Covid-19 Desa Cicalengka Wetan, cuman gak semua anggota tapi sebagian,” ujarnya.
Diketahui, Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit mudah menular yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penularan demam berdarah sendiri terjadi saat nyamuk menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk tersebut menggigit orang lain, maka virus akan tersebar.
Ardhi menjelaskan, disamping membentuk tim khusus penanganan nyamuk demam berdarah, pihak Desa Cicalengka Wetan sengaja membeli alat fogging.
“Karena lebih baik memcegah daripada bergerak ketika sudah ada korban. Waktu beli alat juga kita diberi Bintek (bimbingan teknis) oleh perusahaan,” ucapnya.
“Bahkan dengan Puskesmas kita selalu berkoordinasi, termasuk karena kita ada tim khusus fogging, sering diminta membantu desa lain untuk fogging,” lanjutnya.
Ardhi menyampaikan, edukasi dan sosialisasi terkait ancaman nyamuk DBD selalu digaungkan.
Tak hanya ketika pelaksanaan Posyandu, namun setiap RT dan RW kerap mengingatkan 3M kepada warga.
Diketahui, 3M merupakan langkah ideal dalam pencegahan nyamuk DBD, seperti Membuang genangan air tak terpakai, Menutup dan membersihkan wadah air, serta Mendaur ulang atau mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
“Kita mesin fogging di desa ada 2. Untuk sekarang yang masih produktif bisa digunakan hanya 1, satunya lagi sedang diperbaiki,” imbuhnya.