Johan
Saya tidak begitu setuju dengan kalimat ini : “Tanpa Dr Lies Parede, Indro tidak bisa jadi peneliti virus yang hebat seperti sekarang ini.” Saya percaya orang hebat selalu akan menemukan jalannya untuk sukses di bidangnya. Seorang pembimbing itu penting, jasanya juga sangat berharga, tapi dia bukan penentu keberhasilan.
agus budiyanto
Kemana mana membawa istri, antara sayang istri dan takut istri, bedanya tipis.
LiangYangAn 梁楊安
Sayang sekali tidak dijelaskan mengenai perbedaan “kehilangan potensi” antara waktu bertahan bubuk virus buatan Mr. Eric (2 minggu) dengan Pak Indro (6 bulan). Prosedur untuk pengawetan jangka panjang virus dan bakteri hidup dalam vaksin adalah liofilisasi. Virus termolabil dapat didehidrasi secara in vitro, dalam waktu 18 jam, dalam eksipien yang mengandung trehalosa. Dalam keadaan dehidrasi, virus diisolasi dalam gelas metastabil yang terdiri dari trehalosa, mereka mampu menahan 45 derajat C untuk jangka waktu 14 hari dengan kehilangan potensi yang sangat minimal.
Agus Suryono
MARAH TANDA CINTA.. Marahnya PEJABAT ke pak Indro adalah MARAH BENERAN. Meskipun tidak tiap hari. Apapun alasannya. Marahnya bu Indro, adalah MARAH TANDA CINTA. Meskipun dilakukan setiap hari. @Setiap marahnya bu Indro, menambah derajad dan bobot cinta pak Indro.
Macca Madinah
Mendapatkan guru yang hebat itu memang rezeki masing-masing orang. Konon, karir seseorang akan nginclonk (=di jalur yang benar) kalau sejak awal bekerja bisa mendapatkan atasan yang bisa berperan sebagai mentor sekaligus. Membaca tulisan hari ini, perlu ditambah lagi, memang perlu persistensi dari murid bersangkutan. Kalau mudah patah semangat yah sutralah. Tapi ya, kalau mengikuti standar anak milenial zaman kini, jangan-jangan model atasan (sekaligus mentor) seperti Dr. Lies itu, bakal dijauhi, menjadi terasing sendiri. Jadi minimal, kalau tidak suka berbicara dengan orang secara langsung, harus “bising” di media sosial demi berbagi ilmi, itu kalau ybs memang tetap mau berbagi ilmu hehehe.
Co Ba
Setelah puas komen ngaco seperti di atas, eh lha kok sekarang saya tergelitik buat komen serius. 17x dilempar, ini sebenernya ngga heran2 banget. Kalo angkanya iya sih agak angker, sampe lebih dari selusin gitu bok. Tapi sebagai lulusan sarjana, yg sudah membuat skripsi, asli, ngga pakai joki, pasti lah drh.Indro ini udah punya pengalaman gimana ditolak dosen pembimbing. 😀 Jadi, sebenernya kalo pas bikin skripsi asli itu berhasil melewati fase2 penolakan perbaikan penolakan perbaikan, itu nanti bakal berguna kok buat menajamkan karakter pantang menyerah. Mbuh nanti jadi pekerja, atau jadi pebisnis, karakter pantang menyerah itu penting.