Kendati telah tersedia, beber Dahlia, sementara waktu, komik ini tidak diperjualbelikan. “Saat ini mencetak untuk keperluan edukasi,” kata Dahlia, “Mungkin nanti kami akan berkoordinasi dengan Sahabat Museum KAA.”
“(Namun) ke depannya, diharapkan bisa tersebar luas ke masyarakat untuk lebih memperkenalkan KAA dalam bentuk yang lebih menarik,” imbuhnya.
Selain meluncurkan dan memperkenalkan komik serta maskot, Museum KAA pun dalam waktu dekat sedang berinisiasi dengan institusi pendidikan di Kota Bandung.
Dahlia melanjutkan, rencananya, mereka berupaya merancang medium-medium atau media lain, sebagai wadah untuk konten sejarah yang menarik. Sasaran, tentu, generasi muda.
Anak-anak, kata Dahlia, perlu diperkenalkan soal Konperensi Asia Afrika dan kehebatannya. “(Bahkan) nanti ada alat-alat peraga yang kami kembangkan. Mudah-mudahan tahun ini terwujud,” harapnya.
Mengingat, pengunjung berusia belia, selepas pandemi landai dan kemunculan relaksasi kegiatan di masyarakat, terang Dahlia, memunculkan tren positif. Terdapat peningkatan jumlah angka kunjungan.
“Semakin meningkat. Cukup banyak kelompok anak-anak,” lanjut Dahlia.
Melihat tren positif itu, dia menjelaskan, konten-konten sejarah di Museum KAA pun perlu dikemas lebih menarik.
“Untuk kalangan anak-anak ini, memang perlu cara tersendiri,” jelasnya, “Untuk kami bisa mengedukasi konten sejarah.”
Melihat semangat itu, terlintas semboyan gagah Bung Karno dalam pidato terakhirnya pada HUT Republik Indonesia, 17 Agustus 1996. Jasmerah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah.