Menurut Devie, fenomena manusia silver menunjukkan bahwa anak masih belum mendapatkan perlindungan oleh orang dewasa. Dalam hal ini yang salah adalah orang-orang dewasa.
“Kita lihat bukan hanya persoalan manusia silver, baru-baru ini kita lihat ada anak-anak yang tidur di jembatan Dukuh Atas. Ini anak-anak yang jelas orang tuanya masih ada. Ini terjadi bukan salah anak-anaknya, tapi cara pandang orang tua yang tak memahami, bahwa anak bukanlah sebuah objek,” kata Devie.
Dia menambahkan ada dua konsep yang berbeda dalam hal orang tua mendidik anaknya. Pertama yakni ada orang tua yang memiliki cara memberikan kasih sayang pada anak dengan memberikan semua materi konsumsi yang dibutuhkan anak, yang belum tentu apapun yang dibutuhkan anak. Kedua, di sisi lain, ada orang tua yang kemudian membiarkan atau sengaja mengeksploitasi anak.
“Karena negara sudah berusaha keras. Dinas Sosial sudah terus merangkul anak-anak tersebut, lalu memastikan kembalikan anak-anak ke keluarganya, tapi pada akhirnya tetap berada di jalanan. Ini jadi perhatian kita bersama. Yang jadi PR bersama adalah kembali ke pola asuh kearifan sosial masyarakat kita ke masa lalu,” jelas Devie.
“Ada orang tua yang beranggapan bahwa anak memiliki tanggung jawab atas hidup orang tua. Kondisi anak seringkali dalam posisi tak selayaknya, ini sebenarnya adalah kegagalan institusi sosial yakni keluarga,” tambahnya.
Pengaruh modernitas, kata dia, membuat pola asuh orang tua itu bergeser, dari pola asuh metode pendekatan komunikasi keluarga yang hangat atau dari yang sifatnya tak bersifat material, kini bergeser ke arah material. Menurut Devie, sebagian orang tua sudah merasa jadi orang tua terbaik ketika sudah memberikan hal-hal materi yang terbaik.
“Merasa baik jika sudah memberikan HP paling bagus untuk anak-anaknya, berikan motor terbaik, atau pakaian terbaik. Tapi di satu sisi orang tua melihat anak sebagai beban. Terbukti anak masih diminta mandiri membiayai kehidupan keluarga, dengan meminta mereka bekerja di usia dini, anak dieksploitasi,” jelasnya.
Solusinya Jika Anak Terlanjur Nyaman di Jalan