JAKARTA – Sampai dengan Maret 2022 Bank Rakyat Indonesia atau BRI telah menyalur pembiyaan sebesar Rp 639 Triliun untuk di sektor usaha berkelanjutan (ESG).
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, BRI berkomitmen terhadap keberlanjutan bisnis. Tercatat, BRI telah memiliki portofolio kredit yang besar terhadap pembiayaan berkelanjutan.
‘’Perseroan juga membiayai sejumlah proyek berwawasan lingkungan dengan total nilai Rp71,5 triliun,’’ kata Sunarso dalam keterangan, Jumat, (21/7).
BACA JUGA: Setelah Penggusuran di Jalan Laswi, Pagi Itu Membuat Sang Anak Trauma
BRI juga menawarkan green bond senilai Rp5 triliun. Obligasi berwawasan lingkungan ini bahkan mengalami kelebihan pesanan atau oversubscribed hingga 4,4 kali.
Adapun rinciannya terdiri dari investor domestik mencapai Rp21,84 triliun dan investor luar negeri Rp1,12 triliun.
Sunarso mengungkapkan, ke depan, perseroan sangat mungkin dan terbuka peluang untuk kembali menerbitkan instrumen yang berbasis Green Economy atau ESG.
“Ini menunjukkan antusiasme masyarakat dan investor untuk membeli instrumen-instrumen yang didasarkan pada aspirasi BRI dalam merealisasikan Green Economy,’’tuturnya.
BRI juga akan terus memperkuat implementasi ESG dari sisi pendanaan yang disebut ESG Fund atau ESG Liabilities.
Terpisah, Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Darma juga mengatakan bahwa penerbitan green bond akan menjadi tren seiring dengan kebutuhan dana jumbo untuk proyek berkelanjutan.
Prospeknya besar, karena ke depan pendanaan yang terkait dengan lingkungan atau ESG semakin diminati khususnya oleh investor-investor.
BACA JUGA: Anak Investasi Kehidupan Bangsa, Umi Oded: Mari Kita Jaga dan Perhatikan
‘’Banyak investor yang mementingkan pendanaan atau investasi yang mereka lakukan juga terkait dengan ESG,” katanya.
Sesuai dengan visi pemerintah untuk mencapai netral karbon pada 2060, di sektor keuangan BRI pun turut berupaya mewujudkan sustainable finance atau pembiayaan berkelanjutan.
‘’Kami mengharapkan dapat mendorong penyaluran kredit kepada industri ramah lingkungan,’’ tutup dia.
Sementara itu, analis pasar modal Hans Kwee mengungkapkan, bank yang bergerak di sektor jasa keuangan, memiliki kesempatan menyalurkan pembiayaan berkelanjutan.
“Infrastruktur energi berkelanjutan yang belum optimal ini sebenernya ada potensi kredit dan membutuhkan dana dari bank,” katanya.