Pertimbangan lain adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berada dalam range yang cukup baik di paruh pertama tahun ini yaitu di range 4.8-5.3% bahkan Bank Dunia memperkirakan the worst-case scenario of projection of the economic growth yang berada di kisaran 4.6% dan ini dianggap lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain.
Dengan Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang sedemikian tinggi maka kemungkinan ekspansivitas kredit yang dilakukan oleh perbankan Indonesia masih akan menuai hasil yang baik dan menyebabkan perolehan laba bank-bank di paruh kedua masih baik dan secara akumulatif lebih tinggi selama tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.
Dilihat dari sisi suku bunga, tren yang menurun sejak tahun 2020 hingga kuartal pertama tahun 2022 ini merupakan insentif tersendiri bagi dunia usaha dalam mengembangkan usahanya sehingga beban pembayaran pokok dan bunga diharapkan masih rendah dan aktivitas perekonomian berjalan baik hingga akhir tahun dan ini akan berdampak baik bagi keberlangsungan pendapatan bank dari pembayaran para debiturnya.
Tingkat Non-Performing Loans (NPL) netto yang cenderung turun dari tahun 2017 hingga saat ini juga membuat kita optimis dapat melewati tahun 2022 ini dengan kinerja positif. Memang, dengan perkembangan Inflasi Global yang cenderung menaik saat ini dan adanya kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga perlu diantisipasi secara hati-hati oleh Bank Indonesia dalam penetapan BI-Rate dan sukubunga dasar kredit yang tepat agar trade-off antara kebijakan menaikkan suku bunga dengan pemertahanan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap terjaga dan kondustif bagi dunia usaha, perbankan, dan kinerja ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Jelasnya, kebijakan peningkatan tingkat suku bunga memang akan berdampak terhadap masih menariknya investasi sector keuangan di Indonesia dan mempertahankan kurs rupiah, namun di sisi lain akan berdampak kepada biaya produksi dan keuangan yang makin tinggi yang akan dialami oleh dunia usaha Indonesia. Dari sisi ini, penetapan kebijakan tingkat sukubunga dari Bank Indonesia yang tepat dari sisi besaran dan waktu menjadi penting.
Peran OJK juga sangat penting dalam turut menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia di tahun 2022 ini. Peran tersebut diperlukan dengan terus memompa dan menyediakan environment jasa keuangan yang sustainable melalui pemanfaatan sector jasa keuangan bagi masyarakat secara lebih optimal melalui penrbitan kebijakan yang mendorong pengembangan sumber pembiayaan yang mendukung upaya mengatasi perubahan iklim menuju ekonomi rendah karbon, melakukan percepatan transformasi ekonomi digital pada sector jasa keuangan, meningkatkan efektivitas program inklusi keuangan dan perlindungan konsumen, mendukung penguatan sector jasa keuangan syaraiah, dan lain-lain.