“Unik. Tiap orang pasti mempunyai warna berbeda. Karena kami enggak ada patokan, aturan, dan segala macam,” kata Adis, sapaan akrabnya.
Menulis, lanjutnya, salah satu kegiatan produktif. Semua orang bisa menulis. Setiap orang punya caranya tersendiri. Dan terpenting, baginya, klub ini menulis untuk healing.
“Jadi kita milih hari Kamis, karena itu, tengah weekend. Jadi orang yang masih punya jam kerja, bisa ikut di tengah weekday,” tandasnya.
Anggota klub menulis lainnya, Matheus Aribowo mengungkapkan, justru karena tidak adanya struktur anggota yang formal.
Komunitas menulis ini amat lentur dan menyenangkan. “Seru-seruan. Justru karena kita enggak punya tubuh.”
“Jadi bisa secair ini. Enggak ada ketua, apa, jadi semua orang yang masuk boleh memiliki dan masuk bagian kami,” ungkap Aribowo.
Bahkan, dia menuturkan, CSWC tak ubahnya sebentuk rumah dalam artian ‘home’ bukan ‘house’.
“Kita enggak punya tempat, fisik, bangunan enggak ada. Tapi kita selalu tahu pulangnya kapan dan di mana. Bukan tentang tempatnya,” pungkasnya.