Wah! Ternyata 9 Negara Ini Pun Terancam Bangkrut Seperti Sri Lanka!

Bank sentral menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi dan mendevaluasi mata uang, menambah kesulitan dalam membayar utang luar negeri Mesir yang cukup besar.

Tetangganya, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab telah menjanjikan US$ 22 miliar dalam bentuk deposito dan investasi langsung sebagai bantuan.

Laos

Laos yang kecil dan terkurung daratan adalah salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat sebelum pandemi melanda. Namun, tingkat utangnya telah melonjak dan seperti Sri Lanka.

Itu menjadi masalah mendesak mengingat keuangan pemerintah negara yang lemah. Cadangan devisanya sama dengan kurang dari dua bulan impor, kata Bank Dunia.

Depresiasi 30% dalam mata uang Laos, kip, telah memperburuk kesengsaraan itu. Kenaikan harga dan hilangnya pekerjaan karena pandemi mengancam akan memperburuk kemiskinan.

Lebanon

Lebanon nyaris senasib dengan Sri Lanka, mulai dari keruntuhan mata uang, kekurangan uang, tingkat inflasi yang mendekik, kelaparan yang meningkat, antrean yang mengular untuk bahan bakar, dan kelas menengah yang hancur. Negara ini juga mengalami perang saudara yang panjang sehingga pemulihannya terhambat oleh disfungsi pemerintah dan serangan teror.

Usulan pajak pada akhir 2019 memicu kemarahan lama terhadap kelas penguasa dan protes berbulan-bulan. Mata uang mulai tenggelam dan Lebanon gagal bayar senilai sekitar US$ 90 miliar pada saat itu, atau 170% dari PDB, salah satu yang tertinggi di dunia.

Pada Juni 2021, dengan mata uang yang telah kehilangan hampir 90% nilainya, Bank Dunia mengatakan krisis tersebut menempati peringkat salah satu yang terburuk di dunia dalam lebih dari 150 tahun.

Myanmar

Pandemi dan ketidakstabilan politik telah menghantam ekonomi Myanmar, terutama setelah tentara merebut kekuasaan pada Februari 2021 dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.

Hal itu membawa sanksi Barat yang menargetkan kepemilikan komersial yang dikendalikan oleh tentara, yang mendominasi ekonomi. Ekonomi mengalami kontraksi sebesar 18% tahun lalu dan diperkirakan hampir tidak tumbuh pada tahun 2022.

Lebih dari 700.000 orang telah melarikan diri atau diusir dari rumah mereka oleh konflik bersenjata dan kekerasan politik. Situasinya sangat tidak pasti, pembaruan ekonomi global baru-baru ini dari Bank Dunia mengecualikan proyeksi bagi Myanmar untuk 2022-2024.

Tinggalkan Balasan