BANDUNG – Harga hewan sapi dalam perayaan Idul Adha 1443 H melonjak naik di Bandung. Kenaikan merupakan imbas dari adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Namun hal tersebut menjadi berkah bagi peternak karena omzet penjualan hewan kurban menjadi lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
PMK awalnya melanda hewan ternak sapi di provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Wilayah tersebut merupakan pasokan supply sapi terbesar di Jawa Barat dan Jakarta.
Salah seorang peternak sapi dan domba, Asep Sukmana, mengaku bahwa omzet penjualan di 2022 lebih baik dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, dengan supply sapi yang terbatas harga bisa melonjak naik dan membuat peternak memiliki keuntungan omzet.
“Jauh (perbandingannya) dari tahun kemarin. Tahun ini jual 92 ekor, dimana dua ekornya dipotong keluarga, tapi omzet sampai Rp 400 jutaan. Itu pendapatan modal kembali ya, kalau keuntungan itu bisa sampai Rp 650 jutaan. Variatif kan ya keuntungannya, ada yang satu ekor Rp 5 juta, ada yang satu ekor Rp 6 juta bahkan ada yang satu ekor Rp 10 juta,” ujar pria yang akrab disapa Ace ini kepada Jabar Ekspres, Minggu (10/7).
Sedangkan, di tahun lalu, dari penjualan 150 ekor per tahun Ace meraup keuntungan di angka Rp 680 juta. Keuntungan tidak berbeda jauh dengan jumlah penjualan sapi yang lebih sedikit di tahun ini. “Lebih baik tahun sekarang terjual 92 ekor dengan angka nominal pendapatan modal plus keuntungan nyampe di Rp 650jutaan,” tuturnya.
Pria yang memasarkan ternaknya di sekitar Bandung Raya ini menambahkan, perbandingan kenaikan harga sapi dibanding tahun lalu berkisar antara Rp 1 juta- Rp 1,5 juta per ekor. Sapi jogrog (taksiran bobot timbangan) per ekor berada di kisaran harga mulai dari Rp 19 juta sampai Rp 35 juta.
Sedangkan untuk domba, Ace mengaku bahwa ada kenaikan signifikan di tahun ini. Domba dengan bobot 15 kg berada di harga Rp 3,2 juta. “Kalau misalkan jogrog itu mulai dari 2,9 juta sampai Rp 7 juta yang ready di kandang. Kalau kenaikan domba di tahun ini sekarang di Rp 500 ribu sampai Rp 750 ribu,” jelas Ace.