Untuk mewujudkan anak yang salih, tentu bukan hal yang mudah. Pertama: keluarga adalah hal utama dan pertama dalam mewujudkan anak salih. Jangan remehkan peran keluarga. Anak yang salih dan salihah, pasti tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa. Mereka mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini. Ini sama dengan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam mendidik anak-anak muslim: Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: Mencintai Nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca Al-Qur’an. (HR. Tabrani).
Artinya: Didiklah anak-anakmu karena mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu.
Jamaah yang Berbahagia
Kedua, memberi keteladanan (uswah) pada anak-anak kita. Bagaimana pun, keteladanan merupakan dakwah yang sangat manjur dalam mengarahkan anak. Dengan keteladanan yang ditampakkan sehari-hari, maka yang demikian ini akan mempengaruhi anak-anak. Keluarga yang mempertontonkan kejujuran dan kedermawanan akan berpengaruh bagi anaknya. Sebaliknya, keluarga yang mempertontonkan kedustaan dan kebakhilan juga akan anaknya meniru.
Karena itu, Abdullah Nasih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad, mengutip syair Abul Aswad Adduwali yang melontarkan kecaman bagi pengajar atau orang tua yang tindak tanduknya bertentangan dengan ucapannya:
يا أَيُّها الرَجُلُ المُعَلِّمُ غَيرَهُ # هَلَّا لِنَفسِكَ كانَ ذا التَعليمُ
تَصِفُ الدَّواءَ لِذي السَّقامِ وَذي الضَّنا # كَيْمَا يَصِحُّ بِهِ وَأَنتَ سَقيمُ
وَتَراكَ تُصْلِحُ بالرَّشادِ عُقولَنا # أَبَداً وَأَنتَ مِن الرَّشادِ عَدِيْمُ
فَابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَانْهَهَا عَن غَيِّهَا # فَإِذَا اِنتَهَتْ عَنهُ فَأنْتَ حَكيمُ
فَهُناكَ يُقبَلُ مَا تَقولُ وَيَهتَدِي # بِالقَولِ مِنْك وَيَنْفَعُ التَّعْلِيْمُ
Artinya:
Wahai orang yang mengajar orang lain
Kenapa engkau tidak juga menyadari dirimu sendiri.
Engkau terangkan bermacam obat bagi segala penyakit agar semua yang sakit sembuh.
Sedang engkau sendiri ditimpa sakit.
Obatilah dirimu dahulu. Lalu cegahlah agar tidak menular pada orang lain.
Dengan demikian, engkau adalah seorang yang bijak.
Apa yang engkau nasihatkan akan mereka terima dan ikuti,
ilmu yang engkau ajarkan akan bermanfaat bagi mereka.
Ketiga, kumpulkan anak-anak kita dengan teman-teman yang baik atau teman yang salih atau salihah. Teori habitus yang disampaikan oleh Pierre Bordieu menunjukkan bahwa habitus, tempat di mana kita berada, sangat berpengaruh pada manusia, pada anak-anak dan juga kepada adik-adik kita. Bordie menyebut habitus sebagai “struktur yang terstruktur”.