BANDUNG – Sebanyak 7 persen balita di Kota Bandung masuk dalam kategori stunting. Stunting telah menjangkit sebanyak 7.568 balita di Kota Bandung dari data 2021. Untuk itu, berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Bandung untuk mencegah peningkatan stunting.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengatakan program peningkatan ekonomi di masyarakat merupakan salah satu cara mengurangi stunting.
“Penting untuk penjaminan 1000 hari pertama kehidupan. Dimana ibu hamil harus terjaga kesehatannya sampai dua tahun. Itu yang sekarang kita fokuskan, karena itu yang bisa menangkal terjadinya stunting baru,” ujarnya selepas menghadiri acara Penilaian Aksi Konvergensi Stunting di KotaBandung di Balai Kota Bandung, Selasa (5/7).
Menurutnya, lingkungan rumah harus terakses air bersih dengan sanitasi yang baik. Pola asuh dan jaminan kesehatan yang berkualitas juga dapat berperan untuk mencegah stunting.
“Penyebab spesifik stunting, berkaitan dengan kesehatan. Seperti ASI eksklusif, pemeriksaan kehamilan, penimbangan rutin dan berbagai hal lainnya,” beber Ahyani.
Kendati demikian, tuturnya, angkastunting satu tahun belakang telah menurun 1,37 persen. “Satu persen itu dari sekian puluh ribu anak balita, karena KotaBandung itu penduduknya banyak, balitanya juga banyak, dan yang terdata stunting ada 5-10 ribu anak,” terangnya.
Tim penilai, ungkapnya, memberikan apresiasi karena ada keterintegrasian dari berbagai perangkat daerah. “Penurunan angka stunting sejumlah 1,37 persen sekitar 1.900 anak itu keluar dari kelompok stunting, dan itu tentu bukan penyebab satu faktor tapi faktor intervensif,” terangnya.
Ia menambahkan, untuk menangani penurunan secara terpadu tim percepatan penurunan stuntingdikerahkan, dan langsung diketuai oleh Wali Kota Bandung.
“Semua dinas juga punya peran. Dinilai apalah setiap unsur tadi menjalankan aktivitas, karena ada delapan aksi disitu. Mulai dari pengumpulan data, manajemen data, pembedayaan masyarakat dan seterusnya,” jelasnya. (arv)