Kampung Literasi Cinambo, Tempat Masyarakat Bergotong Royong Meniti Mimpi

Melalui ketelatenan Nonih dan para relawan anak yang kelihatannya nakal, penuh tato, dan dicap buruk, saat ini telah sukses merantau di kota lain, menjadi tulang punggung keluarga.

“Sekarang kerja di Bali jadi tukang masang tato kontemporer. Lumayan dari situ penghasilannya, dia pernah menelpon sekedar berterima kasih ke ibu, sudah dilatih desain grafis, sekarang sudah bisa menghidupi keluarganya karena bapaknya meninggal. Dengan uang penghasilan dia 15 juta dikirimkan ke ibunya disini. Saya bangga dia sekolahnya di kesetaraan disini,” ungkap Nonih

Bahkan, para ibu yang menganggur diajak untuk mengikuti pelatihan dengan menggandeng kerja sama dengan relawan mahasiswa, seperti marketing online. “Tadinya dia cuman merenggut saja disini, sambil menunggu anaknya (selesai belajar),” sekarang sudah bisa menjual online dengan hasil yang sangat lumayan,” kata Nonih.

Jika ada warga yang ingin membuat usaha terkendala modal, daur ulang sampah menjadi solusinya. Tak hanya itu, Nonih menggagas suatu ide, membuat komunitas bernama malaikat kecil pencinta lingkungan yang beranggotakan anak-anak usia dini.
(PAUD)
Nantinya dari rumah hingga sampai ke TBM Sukamulya Cerdas, anak-anak akan memungut sampah, lalu sampah akan dikumpulkan di TBM sehingga hasil akan dijual atau diolah. Hasil penjualan akan dikembalikan kepada masyarakat kembali. “Sekarang malah dibuatkan bahan produksi buat orang tua, dari bungkus kopi, gantungan kunci. Dijual buat penghasilan sendiri,” jelas Nonih.

“Disini terus diberikan pelajaran dari tutor sebaya. Murid disini kalau ada yang bisa ikut mengajar, warga binaan, mengajarkan ke yang lain akhirnya pada bisa semua. Padahal saya sendiri gak bisa, ikut belajar karena saya juga ingin bisa,” ujar Nonih sambil bergurau.

Pada 2017, TBM Sukamulya Cerdas diamanahkan untuk program kampung literasi. Dengan mengembangkan  enam literasi dasar. Pertama literasi baca tulis, kedua literasi digital, ketiga literasi sains, keempat literasi numerasi, kelima literasi budaya dan kewargaan, dan keenam literasi finansial.

“Saya mengembangkan nya bersama relawan/komunitas yg sudah terbentuk berasal dari beberapa mahasiswa perguruan tinggi yg ada di kota Bdg Apa sih yang nanti akan diberikan ke masyarakat?” imbuh Nonih.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan