Retno menyadari, kunjungan ke dua negara ini dilakukan dalam situasi yang tidak normal. ”Dunia juga paham kompleksitas masalah yang ada,” katanya.
Namun, di dalam kondisi tersebut, lanjut dia, sebagai presiden G20 dan salah satu anggota Champion Group dari Global Crisis Response Group yang dibentuk Sekjen PBB, Presiden Jokowi justru memilih untuk berkontribusi.
Pengamat hubungan internasional Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah menilai, keputusan Presiden Jokowi untuk melawat ke Kiev merupakan keberanian luar biasa yang akan tercatat dengan tinta emas diplomasi dunia. Sebab, kunjungan ini menyangkut kredibilitas global Indonesia berikut pengaturan keamanan yang sangat pelik.
”Termasuk harus melibatkan NATO dan Rusia serta semua pasukan di lapangan,” ungkapnya.
Selain itu, menurut dia, kunjungan ini memiliki filosofi yang sangat tinggi. Sebagai bukti, Indonesia sedang berupaya keras ikut memperjuangkan ketertiban dunia sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945.
”Kunjungan ini amat berbobot dan berwibawa,” ujarnya.
Kendati demikian, Reza menyatakan, belum terlihat secara jelas target yang ingin dicapai dari kunjungan tersebut. Sebab, tampaknya pemerintah ingin secara mandiri menjalankan idealismenya tanpa tekanan dan pengaruh dari publik internasional.
Namun, lanjut dia, kombinasi kunjungan ke G7, lalu ke Ukraina dan Rusia akan membuat Indonesia sebagai sedikit negara yang memiliki pengetahuan terkini bagi penyelesaian krisis Rusia-Ukraina. (jawapos-red)