BANDUNG – Kepala Dinas Kesehatan Pangan dan peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat, Mohammad Arifin Soedjayana menyampaikan jumlah kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Jawa Barat (Jabar) yang telah menjangkit sekitar 23.000 hewan, khususnya hewan ternak seperti sapi.
Namun, dengan meningkatnya kasus PMK, Arifin mengaku bahwa hal tersebut dibarengi dengan total kesembuhan. Yang dimana, ungkap Arifin, 40 persen dari 23.000 hewan yang telah berangsur sembuh.
“Jadi meskipun kasusnya nambah, tapi yang terkena sudah mulai sembuh. Sekarang di angka 23.000 (hewan terkena PMK), tapi yang sembuhnya ada di 40 persen dan kasus itu ada di 25 Kabupaten Kota. Tapi secara di Desa dan Kelurahan itu masih diangka 7 persen (penyebaran PMK) katanya saat ditemui di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (23/6).
Dari 25 Kabupaten Kota di Jawa Barat, lanjut Arifin, hanya ada dua daerah yang terdapat kasus PMK yakni Pangandaran dan Sukabumi. Kedua daerah tersebut masih menjadi zona hijau dari penyebaran PMK.
“Karena pintu masuknya sekarang, pemasukkan dari luar Provinsi (Jabar) karena dari Jatim dan Jateng sudah tidak mengeluarkan surat keterangan kesehatan hewan, jadi mulai berhenti (pengirimannya). Dan sekarang yang masuk dari daerah hijau, seperti Bali dan NTT,” jelas Arifin.
Tak hanya itu, Arifin juga menuturkan bahwa telah membuat suplaian susu ke Provinsi Jawa Barat hilang hingga 300 ton per harinya. Sebab, kata dia, rata-rata kasus PMK di Jabar menyerang hewan ternak seperti sapi perah.
“Selain bisa menghilangkan investasi ke induknya karena mati dan produksinya (susu) juga akan turun hanya sampai tinggal 20 persen. Dan sekarang kalau menurut kita sekitar 1 ton susu sehari hilang (akibat adanya PMK) dan kita itu hilang per harinya sampai 300 ton (susu),” pungkasnya. (San)