Nabi Ibrahim As mengalami konflik batin, menghadapi perintah Allah Swt tersebut. Siapakah yang lebih disayang, Allah atau Ismail? Inilah keputusan yang paling sulit diambil.
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…
Nabi Ibrahim As dihadapkan kepada dua pilihan, mengikuti perasaan hatinya dengan menyelamatkan Ismail yang paling disayang atau mentaati perintah Allah Swt dengan mengorbankan Ismail.
Ia harus memilih satu di antara keduanya, cinta atau kebenaran. Cinta merupakan tuntutan hidupnya dan kebenaran merupakan tuntutan agamanya. Sadar bahwa Allah Swt adalah Yang Maha Penguasa dan Pemilik segala-galanya di alam ini, dan yakin bahwa Allah Tuhan Yang Maha Bijaksana, tidak akan menyengsarakan hambanya, maka Nabi Ibrahim As memilih taat dan patuh terhadap perintah Allah Swt, siap menyembelih anaknya, Ismail. Allah Swt berfirman:
Boleh jadi kamu membanci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatau padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (QS.Al- Baqarah: 216)
Demikianlah betapa berat pengorbanan Nabi Ibrahim As, dalam kondisi konflik batinnya dan pertempuran hebat tadi. Nabi Ibrahim As tampil sebagai pemenang, ia dengan rela mengorbankan yang sangat ia cintai, yaitu Ismail.
Meskipun setan al-khannas menggoda dengan membisik- bisikkan dan membuat was-was dalam hatinya, untuk tidak melaksanakan perintah Allah Swt tersebut, Nabi Ibrahim As berketetapan untuk melaksanakan perintah Allah Swt. Maka dipanggilah anaknya, sebagaimana tersebut dalam
Al-Qur’an: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku. Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; in sya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ash-Shaffat: 103-105)