“Dulu gua masih anak-anak, banyak enggak paham. Nerima itu prosesnya panjang banget. Sampai sekarang masih ada dinomorduakan, sedangkan dulu dinomorsatukan. Pas gue pikir mau nomor satu nomor dua terserah,” tegasnya.
Luna juga belajar untuk berjuang untuk menetralisir keadaan saat kecewa dan senang. Dia menyadari hidup ternyata seperti itu, ada tangis yang nantinya akan berubah tawa. Meski dia mengakui masih terus ada perasaan putus asa dalam dirinya.
“Gua lebih banyak berposes dengan diri gua semua dari teman dari pengalaman gua. Hari ini lu bisa sedih besok bisa tertawa, bisa bangkit lagi, ternyata hidup siklus saja. Jadi kejadian A,B,C, gua ketawa juga hari ini,” ungkapnya.
“Hidup itu kayak punya dua pilihan, kalau (lagi) kena masalaah lu mau ikuti keterpurukan, itu bukan opsi gua. Orang boleh injek-injek gua, tapi entah kenapa gua punya fighting spirit. Mungkin alpa kali ya, dominan jadi enggak mau dikalahkan, gua enggak suka nyerah,” jelas Luna Maya. (pojoksatu-red)