SWISS – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan dihadapan Executive Director International Energy Agency Dr. Fatih Birol bahwa, Indonesia adalah tempat yang paling cocok untuk berinvestasi energi baru dan terbarukan.
Menurut Menko Airlangga, Indonesia merupakan pengahsil Nikel dan CPO terbesar. Sumber daya alam itu bisa dikelola dan dikonversi untuk menunjang energi baru dan terbarukan.
‘’Indonesia merupakan episentrum bagi energi baru dan terbarukan serta memiliki potensi industri hijau masa depan,’’jelas Airlangga Hartarto dalam keterangannya, belum lama ini.
Ketua Partai Golkar ini menuturkan, Pemerintah telah memberikan ruang kemudahan bagi para investor untuk bekerjasama membangun energi baru dan terbarukan.
Keberadaan sumber daya alam itu dapat menunjang industri kendaraan listrik, industri militer, komponen energi baru dan terbarukan, industri elektronik, dan industri ekosistem hijau lainnya.
Pemerintah Indonesia sendiri telah menempatkan transisi energi sebagai salah satu fokus utama. Termasuk yang akan dibicarakan pada Presidensi G20 nanti.
‘’Kita memiliki pilar aksesibilitas, teknologi, dan pembiayaan energi,’’ujar Ailangga Hartarto.
Untuk itu, peluang kolaborasi dengan International Energy Agency nantinya dapat menghadirkan solusi mitigasi kerentanan pasar energi yang saat ini sedang terjadi.
Indonesia sendiri akan merealisasikan kontribusi energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025. Termasuk memaksimalkan sumber energi baru dan terbarukan (EBT).
Akan tetapi, Indonesia masih membutuhkan Kerjasama. Sebab, keterbatasan jaringan, teknologi, dan pembiayaan.
Untuk transisi energi, Indonesia memandang menciptakan kehidupan lebih baik dan respon terhadap perubahan iklim.
Selain itu, transisi energi ini dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kapasitas masyarakat. Namun, yang paling ditekankan adalah pentingnya keadilan sosial.
Sementara itu mendengar paparan Airlangga Hartarto Dr. Fatih Birol mengingatkan dua kondisi penting yang menjadi perhatian bersama adalah yang ada saat ini yaitu terjadinya krisis energi dan adanya ancaman perubahan iklim.
Executive Director Fatih mengapresiasi mengenai agenda G20 Energy Transition Working Group (ETWG) yang berorientasi praktis.
Hal ini dapat mengakomodasi kepentingan semua negara, sehingga menghasilkan gagasan transisi energi yang dapat disetujui pada tingkatan global.