“Salah presepsinya di situ, baru lihat dupa langsung disebut musrik atau pemanggil hantu, padahal asapnya dupa itu bagus untuk aroma terapi, harus tahu maknannya. Sesajen itu dari bahasa saja sasajen, sakurati, sakuratina. Artinya satu sajen (suguhan) satu hati dan satu pemikiran,” jelasnya.
Maka dari itu, Abah Enjum menegaskan supaya masyarakat tidak salah pengertian terhadap seni Reak, justru pembentukan kesenian yang sudah dibentuk oleh peradamab terhadulu atau para leluhur harus dipertahankan dan dilestarikan sesuai aturan sebagai bentuk rasa bangga serta syukur.
Tak hanya itu, bermacam kesenian yang ada di Tanah Air khususnya seni Kesundaan termasuk Reak yang sudah dibangun para leluhur, seharusnya bisa menjadi ciri khas dan mendapat perhatian bukan hanya masyarakat namun juga pemerintah agar kesenian tidak hilang alias tetap eksis.